Oleh : [Kiki] Rakhmawati Z
rakhmawati.zaki@gmail.com

Friday, August 26, 2011

Antar RAMADHAN dan sambut SYAWAL

3 minggu sudah aku bertemu RAMADHAN... akupun menyapanya “hendak kemana ?”  dan dengan lembut dia berkata “aku harus pergi, setahun lagi aku pasti kembali, tapi mungkin juga kita tak bertemu lagi... tolong sampaikan pesanku untuk MUKMIN, SYAWAL akan segera tiba, dan tolong sampaikan salamku untuk mereka yang telah menyambutku dengan sukacita, kuharap kelak PINTU AR-ROYYAN di SYURGA akan menyambut mereka dengan bahagia”

Kata-kata tersebut, adalah kata-kata inspirasi dari seorang sahabat volunteer yang di kirimkan via message tepat terlewatinya tiga minggu RAMADHAN.

Ku baca berulang… menatap ragu tak percaya… dan tiba-tiba saja butiran bening berjatuhan... Kututup mataku perlahan. Mencoba menyingkirkan rasa sesak yang menyeruak di dalam dada. Adzan subuh berkumandang. Menemani isak kecilku. Semakin dalam. Sesak rasanya. Kenapa perpisahan ini begitu cepat datang. Kenapa RAMADHAN cepat sekali berlalu. Rasanya baru kemarin aku bercengkrama dengannya. Rasanya baru kemarin aku bersuka cita menyambut kedatangannya. Kenapa kau cepat sekali pergi ?

RAMADHAN 1432 H. Aku memutuskan untuk menemui RAMADHAN di Jogja. kota tempat rumah keduaku berada. Dengan pertimbangan untuk memaksimalkan pertemuanku dengan RAMADHAN. Akupun memutuskan untuk mendampinginya di Jogja hingga saat-saat terahirnya. Ya. Rasanya begitu berbeda bertemu dengannya di sini dibandingkan di tempat lainnya. Mungkin karena aku sudah jatuh cinta denganJogja” dan segala jejak perjuangan yang telah kulalui bersamanya…

Teringat ketika aku berusaha keras untuk menyambut kedatangan RAMADHAN mulia. Begitu berseri wajahku. Bahkan terkadang sesekali wajah inipun memerah seakan hendak bertemu dengan sang kekasih gelap loh? Kusiapkan agenda-agenda dan waktu-waktu yang khusus ku dedikasikan untuk RAMADHAN jauh hari sebelum dia datang…  Sekaligus menyiapkan target-target besar pasca pertemuanku dengannya.  Target-target yang nantinya menjadi sarana untuk antarkanku mendekatkan diri pada Yang Maha Mulia.

Tak terasa, 4 hari lagi SYAWAL akan datang menggantikan RAMADHAN. Sedih dan gembirapun campur aduk menjadi satu. Sedih karena RAMADHAN akan pergi, dan bahagia karena SYAWAL akan segera datang. Ya Rabb… Dengan penuh harap, akupun menyiapkan diri dan memantapkan hati untuk rela melepas RAMADHAN pergi dengan harap akan bertemu lagi. Dan mencoba membiarkan sukacita tumbuh untuk menyambut SYAWAL. Dilemma. Ya. Dilemma. Seakan mereka berdua adalah dua manusia terkasihku yang harus kupilih salah satu di antaranya.

Teringat ketika sahabat-sahabat volunteer yang temani pertemuanku dengan RAMADHAN. Melihat senyum sumringah mereka membantu sesama. Melihat ke-GJ-an masing-masing dari mereka yang sesekali buat senyumku mengembang. Tak lupa juga Masjid Kampus tercinta, tempat tongkrongan yang begitu menyenangkan dan begitu berkesan ketika temaniku bercengkrama dengan RAMADHAN. Dan sahabat muslim muslimah yang begitu bersemangat menyambut RAMADHAN dengan penuh sukacita. Meramaikan rumah Allah dan mengorbankan tenaga serta waktu mereka untuk meraih cinta Allah melalui keberkahan RAMADHAN. Mencintai kalian karena Allah...

Bahkan kurelakan untuk menunda ujian kelulusanku. Kutolak keputusan dosen yang 6 bulan ini telah membimbingku menyelesaikan penelitian (afwan jiddan pak...). Demi menyambut RAMADHAN. Sama sekali tak ada penyesalan walaupun target kelulusan sebelum mudik pada ahirnya belum terealisasikan. Tapi setidaknya, ujian yang baru saja kulewati berjalan dengan lancar. Alhamdulillah… kusadari itu. Itu adalah berkah RAMADHAN. Tanpa sepengetahuan Abah dan Mamah, kurelakan moment yang ditunggu oleh sebagian besar mahasiswa tingkat ahir dengan penuh sukacita ^^ karena aku yakin, di balik RAMADHAN ada banyak keberkahan tak terkira yang akan datang menyapa ketika kita memaksimalkannya dengan penuh harap dan keikhlasan. Keberkahan yang akan mengkayakan jiwa-jiwa gersang kita. Setelah ujian selesai, barulah kuhubungi Abah dan Mamah untuk meminta “maaf”

Dan Allah sungguh pembuat skenario kehidupan yang Maha Hebat. Dibalik keterhijaban yang Allah takdirkan pada kita, ada banyak hikmah yang bisa kita dapatkan. Menjadikannya sebagai sarana penempaan diri. Menguji… Seberapa besarkah kecintaan kita pada Sang Ilahi.

Kudedikasikan waktu-waktu terahirku dengan RAMADHAN bersama seorang sahabat yang telah berbaiat untuk berlomba meraih malam terindahNya. Berdiri di kala malam. Bersama saudara muslim dan muslimah lainnya. Meraih malam terindah dari seribu bulan. Ruku’ dan sujud bersama dalam dinginnya malam. Bertilawah bersama, menghidupkan dan menghaangatkan rumah Allah. Mengisi setiap sudut lorongnya dengan ruku’, sujud, dan kalimat Ilahiyah.

SYAWAL akan segera datang. RAMADHAN akan segera pergi. Apa saja yang sudah kau lakukan ? sudah sesuai targetkah ? sudah ada peningkatan imankah ? sudah semakin mantapkan dengan keberagamaanmu ?

Siapkan diri. Menyucikan hati... Saatnya packing untuk mudik... tak sabar menanti sambutan hangat keluarga tercinta di rumah. Mamah, Abah, Kakak, Adek dan The Middle Astronom yang sedang mengandung ^^ Tunggu aku… tak sabar sudah masak bersama Mamah, bercengkarama dan berdiskusi dengan Abah,  bercerita dan memeluk Kakak dan Adek….. kangen banget sama rumah t.t

Untuk teman-teman yang mudik, selamat mudik, hati-hati di jalan… untuk teman-teman yang tinggal di jogja, selamat berkumpul dengan keluarga... SELAMAT MENYAMBUT HARI KEMENANGAN…
____________
Terinspirasi dari seseorang yang lebih memilih untuk memenuhi permintaan umminya untuk pulang dibandingkan mempertahankan idealismenya, jazakumullah bil jannah...

Inspiring Room, Yogyakarta
[Jum’at, 26 Ramadhan 1432 / 26Agustus 2011]

Sunday, August 14, 2011

Menata Langkah Menuju Walimah [ Part II ]

#Hari kuliah kedua#

Salam hangat... Masih dalam semangat membara Ramadhan mulia… kuliah kali ini di isi oleh seorang konsultan keluarga sakinah dan penulis best seller Islamic parenting. Beliaulah Ustadz Fauzil Adhim. Materi pertama di mulai dengan sebuah kisah menarik dua insan muda. Yang ternyata adalah sang ustadz dan istrinya (ups!). Tapi beliau sudah ikhlas kok untuk dibeberkan ceritanya. Ngga papa kan untuk pembelajaran. Selagi itu positif dan ngga mengumbar.

Istri ustadz adalah seorang wanita shalihah asal Sulawesi yang notabene memiliki kebudayaan berbeda dengan sang ustadz yang berasal dari jawa. Walopun perbedaan ashabiyah masih begitu kuat, tapi nyatanya mereka bisa bersatu dalam dekapan ukhuwah. Nyontek kata-katanya Salim A. fillah. Bermula dari perjuangan pasca pernikahan yang benar-benar di mulai dari “0” dengan rumah kontrakan tanpa perbendaan dan kosong mlompong. Hanya ada sebuah tikar bekas hadiah seseorang. Sudah hadiah. Bekas pula. Salut deh sama beliau dan istrinya. Lanjut beliau. Mirisnya, tikar itu adalah alas multifungsi yang dimanfaatkan sebagai alas tidur mereka berdua ketika malam hari dan menjadi alas tamu ketika di siang hari. Subhanallah...

Ehm. Masuk dalam materi. Langsung aja… Aktifis dakwah jaman sekarang. Kata ustadz. Sebagian besar mengalami kegagalan pernikahan dikarenakan mereka memiliki niatan yang salah dalam melangkah menuju pernikahan. Dari beberapa pengalaman tentang mereka yang konsultasi dengan beliau. Sebagian besar mengatakan mereka menikah dikarenakan ingin terlihat di antara teman-teman aktivis lainnya. Dari sini kita bisa melihat bahwa kegagalan pernikahan yang di alami oleh sebagian besar orang adalah dikarenakan kesalahan “niat” untuk menikah yang didukung dengan “keberagamaan” yang masih kurang. 

Perlu diketahui, bahwa sebagai langkah awal untuk menempuh jenjang pernikahan. Ternyata ada beberapa hal yang harus kita luruskan: 
  1. Niat, niatkan menikah dalam rangka melaksanakan syari’at yaitu untuk menyempurnakan agama Allah dan mengabdikan diri di jalanNya; 
  2. Memahami dengan benar substansi dari tujuan menikah itu sendiri;
  3. memiliki ilmu, bahwa untuk melangkah ke jenjang pernikahan bukan saja modal materi yang dipersiapkan. Tetapi yang paling utama adalah modal ilmu tentang kekeluargaan dan keberagamaan. Keberagamaan di sini bukan berarti tentang pemahamannya tentang agama. Tetapi lebih pada keistiqomahan dan perealisasiannya dalam melaksanakan syari’at. Dan kesiapan kita untuk berubah ketika kita atau pasangan kita melakukan hal yang tidak sesuai syari’at dengan saling mengingatkan. Bolehlah dia hafal Al-Qur’an. Tapi tidak mengamalkan isinya ? sama saja. Bolehlah bahasa arabnya keren. Tapi perilakunya brutal ? sama saja. Bolehlah luluan Universitas Madinah. Tapi tidak amanah ? sama saja. Justru lebih di anjurkan untuk memilih mereka yang “keberagamaannya” kuat dibandingkan mereka yang hanya memahami agama secara teori.
Pada intinya, ukuran kebarokahan menikah bukan terletak pada materi, tetapi terletak pada kesiapan usaha untuk menghadapi bahtera rumah tangga. Rasulullah memberikan nasihat agar kita sebaiknya mencari pasangan yang sekufu dalam hal agama. Bukan dalam hal strata. Ngga ada tuh dalil yang mengatakan bahwa S1 harus sama S1. Atau S2 harus sama S2. Dokter harus sama dokter. DSBG

Dilanjut dengan sebuah kisah yang menginspirasi. Ada seorang akhwat yang di anugerahi kecantikan dan kecerdasan melebihi akhwat lainnya. Tetapi dia mendapatkan suami yang (afwan) mungkin secara fisik dan agama sangat kurang. Hmm. Itu adalah bentuk ujian. Ketika sang akhwat di tanya kenapa kok bisa mau sama laki-laki tersebut. Dia menjawab dikarenakan ketika istikharah yang keluar selalu namanya. Karena sang akhwat adalah seorang yang keberagamaannya kuat. Diapun ahirnya mau menikahi lelaki tersebut dengan pertimbangan petunjuk yang telah diberikan oleh Allah. Karena dia yakin bahwa petunjuk Allah adalah yang terbaik. Dan Allah memang Maha Adil. Setelah ditelisik ternyata selama perjalanan mencari pasangan, si laki-laki karena ketidakpahamannya akan agama. Dia selalu berdo’a agar dipertemukan dengan seseorang yang bisa mengajarinya agama. Dan dipertemukanlah mereka berdua. Subhanallah… Dan nyatanya sang akhwat berhasil mentransfer ilmunya dan pernikahanpun berahir dengan bahagia .

Perlu kawan-kawan ketahui. Ketika seseorang memiliki keberagamaan yang kuat. Memahami kewajibannya dan hak-haknya. Maka insyallah. Rumah tangga akan barokah. Ada sebuah kalimat dari Ustadz Fauzil Adhim yang cukup mengena (bagi saya pribadi)… bahwa  orang yang memperbaiki diri jauh lebih baik dibandingkan orang baik yang menganggap dirinya baik. Dan semoga saja kita menjadi manusia yang selalu memperbaiki diri di setiap waktu. Sekali lagi kusisipkan kalimat penggugah jiwa yang sangat kusukai dalam artikel yang kutulis kali ini.

Dan beruntunglah dia yang selalu memperbaharui semangatnya di setiap waktu, menjaga niatnya dalam setiap kebaikan dan menemukan Allah dalam setiap langkahnya... 

Ada dua saran yang dianjurkan oleh Ustadz Fauzil Adhim dalam “mencari” pasangan. Di antaranya adalah:
  1. Jangan rewel, Maksudnya, jangan banyak minta, jangan kebanyakana kriteria, atau… dia harus begini, dia harus begitu. Perlu kita ketahui bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Tapi fokuskan saja pada satu kriteria yang pokok yang di anggap “prinsip” menurut kita. Semakin tinggi harapan kita, maka semakin berkurang pula keberkahan rumah tangga. Kecuali kalian sudah memenuhi langkah-langkah untuk menjemput pasangan seperti yang telah dijelaskan dalam bahasan sebelumnya Menata Langkah Menuju Walimah [Part I] bukankah kesempurnaan hanya milik Allah semata. 
  2. Lihatlah kelebihannya, alih-alih melihat kekurangannya. Ya. Alih-alih melihat kekurangannya. Lihatlah sisi baik dari pasangan kita. Jadikan kelebihannya sebagai alasan bagi kita untuk mencintainya karena Allah.
Pesan ustadz [untuk para ikhwan] bahwa kunci terbaik untuk menelurkan anak-anak yang cerdas, pintar, ideologis, beragama, berakhlak, bermoral dan embel-embel lainnya yang diharapkan ada pada sang anak… adalah dengan menyayangi umminya, hhh ^^

Untuk keduakalinya. Sebenarnya masih banyak kisah inspiratif yang belum tertuliskan dalam materi kali ini. Tapi semoga saja materi  yang telah dibeberkan di atas cukup untuk mengisi database memori otak kawan-kawan. Jangan lupa jadikan satu folder sama materi sebelumnya dan beri nama “all about pra nikah”
Semoga bermanfaat, salam ukhuwah… mencintai kalian karena Allah…
_____
Inspiring Room, Yogyakarta
Minggu, 14 Ramadhan 1432 H / 14 Agustus 2011
Tertulis dalam semangat membara ramadhan mulia H+14

Saturday, August 13, 2011

Menata Langkah Menuju Walimah [ Part I ]

Hari ke-13 Ramadhan 1432 H. Ku isi dengan sebuah agenda kuliah dengan materi yang cukup substansial. Dan insyallah sangat bermanfaat untuk “kaum galauers” agar semakin mantap dalam melangkah sekaligus untuk meningkatkan pemahamannya akan susbstansi ‘pernikahan’. Bukan hanya bagi mereka yang sudah siap atau bahkan yang sedang dalam masa persiapan. Tetapi juga bagi mereka yang sudah menganggap bahwa ilmu tersebut sudah pantas dan sudah wajib masuk dalam database memori otaknya.

Bersama seorang sahabat yang telah lama menemaniku berjuang selama masa penempaan, akupun masuk ke dalam sebuah ruangan dengan kapasitas sekitar 50 orang untuk mengikuti kuliah “pra nikah” yang di adakan oleh para organisator muslim Masjid Syuhada Yogyakarta yang di adakan tepat ba’da ashar hingga menjelang berbuka. Dengan intensitas 4x pertemuan selama seminggu ke depan, insyallah akan coba ku sharekan materi-materi kuliah yang ku dapatkan. 

Untuk materi kuliah pertama di sampaikan oleh Ustadz Muhamad Anshori, S.Th.I., MM., MA. ceck this out!

Menata langkah, menuju walimah

Dari judulnya saja sudah bisa di tebak. Merupakan materi yang akan membahas mengenai langkah-langkah awal persiapan diri menuju pernikahan. Langkah-langkah yang insyallah akan memberikan keberkahan untuk menempuh jalan kebahagiaan. Langkah-langkah yang insyallah akan membawa kita pada jalan keridhaan. 

Di awali dari sebuah Hadist riwayat Thabrani :

Barangsiapa menikahi wanita karena menyandang KEDUDUKANNYA, Allah akan menambah baginya kerendahan. Barangsiapa menikahi wanita karena memandang HARTA BENDANYA, Allah akan menambah baginya kemelaratan. Barangsiapa menikahi wanita karena KECANTIKANNYA, maka Allah akan menambah baginya kehinaan. Dan barangsiapa menikahi wanita karena ingin MENUNDUKKAN PANDANGANNYA DAN MENJAGA KESUCIAN FARJINYA, atau ingin MENDEKATKAN IKATAN KEKELUARGAAN maka Allah akan memberkahi bagi keduanya.

Menyimak pesan Rasulullah tersebut. Menjadi miris sekali ketika kita kaitkan dengan kondisi sekarang, di mana manusia cenderung lebih memilih pasangan dengan pertimbangan yang berbalik dari substansi yang disampaikan. Kedudukan, harta benda, kecantikan, justru menjadi tolok ukur dalam mempertimbangkan seseorang untuk dinikahi. Dan ternyata hal tersebut berlaku juga untuk wanita dalam memilih lelaki. Yah. Tapi itulah faktanya. Kemerosotan aqidah. Kemerosotan daya pikir. Kini sudah menjadi hal yang permisif. 

Dari mata turun ke hati. Lelaki (maaf) kebanyakan cenderung matakeranjang. Ustadz menjelaskan bahwa mataeranjang di sini memiliki makna mata-ke-ranjang. Tau maksudnya ? Tidak perlulah dijelaskan panjang lebar. Ya. Itulah dampak umbaran aurat di mana-mana yang didapatkan secara gratis ! Ya Allah, jangan sampai kita kaum hawa menjadi penyebab seseorang masuk ke dalam neraka. Naudzubillah.

Sedangkan untuk wanita, mereka lebih menggunakan pendengaran baru turun ke hati. Maksudnya. Kaum wanita cenderung melihat seorang laki-laki dari cerita. Ketika ada cerita mengenai seorang ikhwan yang memiliki prestasi dalam hal agama maka sang ikhwan akan menjadi ‘daya tarik’ tersendiri bagi kaum hawa (ups!). Tapi jangan karena hal tersebut terus kalian para ikhwan menjadi lebih gencar menempa diri menimba ilmu agama untuk menarik kaum hawa. Jangan sampai di salah niatkan. Tapi ikhlaskan karena Allah ta’ala. Ada beberapa hal yang bisa kita jadikan bahan pertimbangan dalam memilih pasangan, di antaranya :
  1. Kualifikasi, ketika kita menginginkan seorang pasangan dengan kualifikasi tertentu, maka tempalah diri kita agar pantas untuk menjadi ‘pasangannya’. Bisa diperkirakan sendiri... karena standar kualifikasi merupakan kebijakan masing-masing individu. 
  2. Fokus, fokuskan diri untuk mempersiapkan diri menjadi pasangan seseorang yang kita inginkan sesuai dengan standar kualifikasi yang telah ditetapkan. Pingin pasangan yang seperti apa ? pendakwahkah ? dokterkah ? pengajarkah ? pebisniskah ? atau yang lainnya. Maka gencarkanlah untuk menempa diri agar bisa mengimbanginya. Dan siapkan diri untuk menjadi pendampingnya dengan segala resiko yang akan ditanggung.
  3. Prioritas, dalam memilih pasangan diharapkan kita memiliki prioritas yang bisa dijadikan dasar pijakan untuk memilih. Seperti yang telah dijelaskan oleh Rasulullah kita tercinta. Bahwa dalam memilih pasangan, ada 4 hal yang bisa dijadikan sebagai dasar pertimbangan : (1) nasab atau latar belakang keluarga; (2) kecantikan atau ketampanan; (3) kekayaan; dan (4) agama. Dari empat dasar pertimbangan tersebut, agama menjadi dasar pertimbangan utama yang dinasehatkan oleh Rasul dalam memilih pasangan untuk mencapai kebahagiaan. Tidak hanya kebahagiaan dunia semata tapi juga kebahagiaan akhirat.
Dan untuk melangkah ke depan, diperlukan bekal-bekal yang ‘seharusnya’ sudah dimiliki oleh seseorang yang ingin melanjutkan pada jenjang pernikahan. Di antaranya adalah :
  1. Bekal ilmu atau fikroh, Bekal ilmu didasarkan pada pemahaman seseorang dalam memahami urgensi dan manfaat pernikahan, pemahaman mengenai kewajiban dan hak seorang istri atau suami, pemahaman tentang visi dan misi pernikahan serta pemahaman mengenai hukum-hukum dalam berkeluarga. 
  2. Bekal mental dan psikologis, Bekal psikologis didasarkan pada kesiapan seseorang untuk mencintai dan dicintai, kesiapan untuk bertanggungjawab, kesiapan untuk menerima kekurangan, serta kesiapan untuk mendidik dan saling meluruskan. 
  3. Bekal fisik, Kesiapan fisik didasarkan pada kesehatan jasmani dan ruhani, kemampuan untuk menjalankan kewajiban dan hak sebagai istri atau suami serta kesiapan untuk menjaga kebugaran fisik. 
  4. Bekal finansial, Bekal financial didasarkan pada kinerja keuangan yang memadai untuk membiayai kehidupan berkeluarga, kesiapan untuk mengembangkan penghasilan dan memiliki planning financial yang cukup jelas terkait pengelolaan perbendaan keluarga dan pendidikan anak.
Ketika bekal-bekal tersebut sudah terpenuhi oleh seseorang maka nikah menjadi sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan. Ada beberapa hukum nikah yang dijatuhkan pada seseorang, di antaranya adalah wajib, makruh dan haram yang disebabkan oleh beberapa alasan :
  • Wajib, seseorang akan dijatuhi hukuman wajib nikah ketika (1) dia memiliki kemampuan yang layak dalam hal finansial. Sudah bekerja dan sudah memiliki nilai digit yang di dapat setiap bulan; (2) sudah memasuki kondisi rawan zina, maksudnya, ketika seseorang sudah memasuki usia dewasa maka dia sudah dijatuhi hukuman wajib nikah; (3) rawan tergoda, yaitu untuk orang-orang yang dikhawatirkan akan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan karena mudah tergoda oleh lawan jenis; dan (4) ketika hasrat dan kegelisahannya sudah tidak mampu terbendung oleh puasa. 
  • Makruh, pernikahan menjadi makruh ketka dikhawatirkan akan merugikan pasangannya. Misal; penghasilan belum layak, emosional dan labil, ringan tangan dan tidak memiliki hasrat terhadap pasangan. 
  • Haram, pernikahan menjadi haram bagi seseorang ketika dipastikan mendzhalimi istrinya baik secara psikologis, biologis mauun financial
Ehm. Sekian untuk pertemuan pertama, sebenarnya masih banyak materi yang belum tersampaikan dalam tulisan ini terkait pembahasan dalam pertemuan kuliah pertama. Tetapi berhubung ini saja sudah kepanjangan lebih baik dilanjut di waktu lain. Semoga bermanfaat dan semoga menjadi bekal dan bahan pertimbangan kawan-kawan dalam menmpuh jalan mulia untuk mencapai ridhaNya. Salam ukhuwah...
_________
Inspiring Room, Yogyakarta
Sabtu, 13 Ramadhan 1432 H / 13Agustus 2011
Kuliah Pra Nikah @ Syuhada

Thursday, August 11, 2011

Kita Semua [Muslim] ‘Satu’

Menghadapi kondisi ummat saat ini. Miris memang. Ketika kaum muslim di sana sedang dalam perjuangan mempertahankan hak-haknya. Kita disini hanya bisa menatap lamat tak bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa mengikuti informasi aktual yang ada. Hanya bisa mengeluarkan receh-receh yang kita punya. Hanya bisa mendo’a dengan kata-kata. Hanya bisa berdo’a. do’a. dan lagi... do’a.

Jangan salah. Ada kawan. Ada yang bisa kita lakukan. Ada yang bisa kita perjuangkan di sini untuk menyelamatkan mereka. Bukan hanya mereka. Bahkan semua muslim di dunia. Yaitu dengan Pembinaan. Dan perubahan cara pandang. Ya. Dengan meningkatkan taraf berfikir masyarakat akan kondisi umat. Dengan meningkatkan taraf berfikir masyarakat akan kondisi Islam sekarang. Dengan meningkatkan taraf berfikir masyarakat akan cerahnya ajaran Islam. Dengan meningkatkan taraf berfikir masyarakat bahwa Islam adalah sebuah pedoman penerapan aturan yang mengurusi permasalahan kehidupan manusia dengan sangat kompleks. Secara keseluruhan. Islam tidak hanya sebuah landasan yang mengatur pada batas hablumminallah. Tapi juga hablumminanas. Habluminannas yang ‘tidak’ secara parsial. Tentunya. Bagi mereka yang benar-benar merindukan Islam yang sesungguhnya.

Memang. Islam kini terpecah menjadi banyak bagian. Masing-masing bergerak di jalannya. Masing-masing memperjuangkan ideologinya. Tapi tujuannya tetap satu. Yaitu mengembalikan kemenangan yang pernah diraih Rasulullah tercinta di masa dahulu. Karena itu adalah sebuah keniscayaan. Keniscayaan yang telah Allah janjikan. Dan kelak akan tiba masa. Masa pembebasan kaum muslim dari keterpurukan. Masa pembebasan kaum muslim dari kejahiliahan. Masa pembebasan kaum muslim dari kekufuran. Masa pembebasan kaum muslim dari pemimpin-pemimpin dholim laknatullah. Insyallah.

Islam bukanlah ummat yang terpecahkan. Perpecahan 73 golongan hanyalah sebuah keniscayaan yang Allah tetapkan sebagai jalan. Tetapi pada intinya Islam tetap satu. Mereka memang berjalan dikoridornya masing-masing. Koridor yang menurut hati tiap individu adalah jalan kebenaran yang harus ditempuh. Tetapi mereka semua sama. Mereka adalah manusia-manusia mulia. Mereka para ahlus sunnah wal jama’ah. Insyallah

Teringat sebaris kata-kata seseorang yang dikirimkan via messege dengan salam hangatnya yang khas unity in divesityKetika kita memilih A. Bukan karena kita hanya mengetahui ilmu tentang A… tetapi juga karena kita mengetahui ilmu tentang B. C. D dan yang lainnya. Tetapi Allah menetapkan (mencondongkan) hati kita pada A. Maka disitulah terjadinya ruang dialektika. Ruang untuk mencari sekeping ilmu pengetahuan. Ruang untuk menentukan bekal dalam menentukan sebuah kebenaran. Ruang untuk mengikis fanatisme sempit sebuah golongan. Dan kita akan segera melihat lahirnya tatanan peradaban besar. Yang tidak hanya dibangun dengan semangat yang menggelegar. Namun lebih dari itu. Di mulai dari segenap manusia-manusia sadar

Semuanya. Semua golongan. Kelak akan bersatu. Melawan pemimpin-pemimpin dholim. Dan menyelamatkan kaum muslimin. Siapakah yang tidak merindukan Islam yang sebenarnya ? perpecahan golongan hanyalah jalan yang memang Allah tetapkan untuk meraih itu semua. Bukankah masing-masing hati manusia di beri kecenderungan untuk memilih. Kecenderungan dimana mereka akan bergerak. Ya. Dan masing-masing sudah di amanahi Allah dengan pilihan yang dituntun oleh kecenderungan hati yang Allah anugerahkan. Tinggal bagaimana masing-masing dari kita mengelola anugerah yang telah Allah berikan. Agar kita tetap berjalan di koridor yang benar.

Sayang sekali dengan banyaknya gemboran Islam disana sini. Bahkan oleh berbagai golongan. Masih saja banyak yang tak tau. Tak tau kondisi Islam dan kaum muslim yang sesungguhnya. Mereka terlalu senang dengan kondisi yang ada. Permisif dengan aturan-aturan yang sebenarnya tidak dibenarkan. Nyaman dari berondongan tembakan dan tangisan yang memilukan. Nyaman dengan kenikmatan yang hanya sementara. Nyaman dengan rayuan-rayuan. gombal dunia. Lebih parah. Mereka hanya memikirkan kondisi materi dan popularitas semata.

Tidakkah kalian merindukan mereka para pembebas kekufuran. Mereka yang merindukan syahid untuk mengharap ridhaNya. Mereka yang ingin menyusul para syuhada yang telah mendahului mereka. Mereka yang ingin menjemput syurga #kayak lagunya siapa y,

Dia merindukan syahid. Hidup di pangkuan illahi. Menyusul para syuhada. Dalam kesenangan syurga...

Tidakkah kalian merindukan mereka para pejuang panji Islam. Mereka yang gagah perkasa dan berwibawa dengan cahaNya. Yang menciutkan musuh2 Allah sekalipun hanya dengan menatapnya.

Dia pejuang panji islam. Gagah bening dan perkasa. Ratusan musuh tak berdaya. Saat berlaga dengannya...

Mereka yang menyongsong kematian mulia. Bersama muslim lainnya dalam dekapan ukhuwah. Menembus benteng2 penghalang. Dan berjuang keras untuk membuka pintu kemenangan.

Mengarungi lorong kematian. Bersama pasukan setianya. Menembus benteng penghalang. Membuka pintu kemenangan...

Mereka yang bersabar atas duri-duri yang menghalangi jalan juang mereka. Mereka yang tetap teguh di jalanNya sekalipun mereka dihadapkan pada cobaan-cobaan yang Maha berat. Mereka yang tetap istiqomah memperjuangkan ayat-ayatNya. Mereka yang merindukan ridha Allah.

Bersabarlah atas jalan. Tegak di tempa cobaan. Perjuangkan kebenaran. ridha Allahlah dambaan...

Mereka yang begitu mulia. Mereka yang dipilih oleh Allah untuk membuka hijab kemenangan. Mereka yang setia pada Allah dan Rasululnya. Mereka yang merindukan syurga.

Wahai pemuda Islam bersatulah. DUNIA ISLAM menanti langkah sucimu. Luruskan niat di hati. Rapat barisan sejati. Jadikan diri pemuda Rabbani...
___________________________
Insiring Room, Yogyakarta
Minggu, 11 Ramadhan 1432 / 11 Agustus 2011

Merindukan seseorang yang beberapa hari lalu  menyengatkan semangatnya dalam Diskusi Ramadhan @ Masjid Kampus UGM. Sengatan itu masih berbekas hingga tulisan ini di buat. Dan semoga saja sengatan itu tetap berbekas bahkan berharap agar semakin menular lebih luas.

Saturday, August 6, 2011

Bentuk Syukur Seorang Difabel

Prolog. Ajining diri ono ning lati. Ajining raga ono ning busana. Kata Ustadz Kirun. Tau artinya ? haha  kutransletin deh... Sebaris kalimat tersebut mengandung arti bahwa gambaran hati kita ada pada bagaimana cara kita berbicara dan pembawaan diri kita ada pada bagaimana cara kita berbusana.  Intinya begitu. Sudah tau kan. Cara kita berbicara adalah salah satu tolok ukur bagaimana orang lain memahami diri kita. Cara kita berbicara dan bagaimana sudut pandang kita dalam membicarakan sesuatu adalah gambaran kepribadian kita yang bisa dinilai secara langsung oleh yang mendengarnya. Terlebih lagi cara berbusana... itu mah sudah jelas ! walopun cara berbusana seseorang terkadang memang tidak jadi patokan untuk menilai seberapa tinggi ilmunya. Yah. Paling tidak taulah itu orang cenderungnya kemana...

Dalam ceramah yang di isi oleh Ustadz Kirun dalam acara ifthor di DPU-DT Jogja bersama masyarakat sekitar. Dikatakan bahwa secantik2nya wanita. Ketika cara berbicaranya kasar dan menyakitkan maka dia tetap tidak akan disukai. Perhatikan saja mereka yang membicarakan sesuatu yang tidak ada faedahnya. Ghibah. Gosip. Bukankah membicarakan orang lain terutama dalam hal kejelekan justru akan mengurangi pahala yang kita tabung dengan susah payah. Tanpa disadari dengan suka rela kita telah mentranfer pahala kita pada orang yang kita bicarakan kejelekannya. Jadi teringat sebuah tausyiyah dari seorang ustadz. Bahwa kelak di hari penghisaban akan ada seseorang di mana ketika di dunia dia melakukan kemaksiatan yang mungkin secara logika dia ‘harusnya’ masuk neraka. Tapi ternyata mahkamah akhirat menyelamatkannya karena timbangan kebaikannya justru lebih berat dari timbangan kamaksiatannya. Bagaimana bisa ? karena pahala kebaikan tersebut adalah pahala2 hasil transferan mereka yang membicarakan kejelekannya. Wallahualam. hanya Allahlah yang Maha Adil dalam hal perhitungan.

Point. Masih membahas tentang tausyiah Ustadz Kirun yang hanya sepenggal2 saja yang kupahami karena dijelaskan dengan bahasa jawa (inggil). Bahwa kita manusia harus pandai bersyukur. Ya. Bersyukur. Beliau mengisahkan seorang anak difabel yang beliau asuh. Beliau mengatakan bahwa sang anak sangat rajin melakukan shalat tahajjud. Padahal secara fisik anak tersebut bisa dikatakan memiliki keterbatasan yang lumayan. Tanpa kaki tanpa tangan. Bahkan untuk berjalan saja dia menggunakan (maaf) pantatnya. Tapi subhanallah... tiap tengah malam dia tak pernah absen bangun. Berwudlu. Dan qiyamullail.

Ustadz pernah bertanya kepada sang anak ‘Le, kamu kok rajin sekali shalat tahajjud ? kamu pingin syurga ya ?’ lalu jawab sang anak ‘ngga Bi, saya cuma ingin bersyukur sama Allah’, sang ustadzpun melanjutkan ‘dengan kondisimu yang seperti ini kamu masih bisa bersyukur Le ? lihatlah orang2 di luar sana yang dianugerahi kesempurnaan, mereka justru menghambur2kan nikmat yang telah Allah berikan’  pancing sang ustadz kepada anaknya ‘tentu saja saya harus bersyukur Bi, karena Allah ciptakan saya  sebagai manusia... bukan yang lain, coba kalo saya dijadikan kerbau sama Allah kaya kerbau punya tetangga. Tiap hari disuruh meladang. Dinaikin sama yang punya. Yang punya makan enak saya dikasih sisa. Badan sudah lelah masih saja disuru bekerja. Gimana saya ngga bersyukur Bi...’ subhanallah...

Teringat akan kesempurnaan yang kumiliki. Kesempurnaan fisik. Kesempurnaan keluarga. Kesempurnaan harta benda. Tapi sejenak bangun di tengah malam saja kadang masya Allah beratnya (warning ! indikasi iman yang sedang terkikis). Membayangkan mereka yang sempurna dengan segala polahnya akupun menjadi (afwan qablaha) ‘benci’ bagaimana bisa mereka bangga dengan kesombongnya...

Begitu mulia cara berfikir sang anak. Membuka mata ini akan sebuah fitrah. Fitrah manusia untuk selalu bersyukur atas semua nikmat yang telah Allah berikan. Memanfaatkannya untuk hal2 yang lebih mendekatkan diri padaNya. Sebagai bentuk syukur kita akan anugrah yang telah Allah berikan.

Dengan harapan yang begitu besar. Betapa indah ketika banyak manusia memiliki hati seperti sang anak. Betapa dunia akan terang benderang dengan manusia2 seperti dia... semoga Allah berikan petunjuk selalu dan memantapkan hati kita dalam bertindak. Ikhlas hanya demi mengharap ridhaNya. Tanpa melupakan syukur yang tiada pernah kita kira kedatangannya. Tidak hanya lewat kata. Tapi lewat persembahan fisik dengan berdiri di tengah malam buta. Memohon ampun dan memohon petunjuk pada Sang Maha Kuasa.

Sebenarnya ada hak Allah yang hanya bisa ditunaikan di malam hari. Dan ada hak Allah yang juga hanya bisa ditunaikan di siang hari. Dan jika tidak dilakukan pada waktu yang telah ditetapkan. Maka Allah tidak akan menerimanya.

Pesan seorang sahabat Rasulullah (afwan lupa... Kalo tidak salah Ali Bin Abi Thalib) dan afwan karena mungkin tidak sama persis dengan kata2 aslinya. Tapi pointnya kira2 seperti itu.
_____________
Inspiring Room. Yogyakarta
Sabtu, 6 Ramadhan 1432 H / 6 Agustus 2011
Dalam Semangat Ramadhan H+6 “Keep Istiqomah”

Thursday, August 4, 2011

Eksiskan Diri dengan Buku [Baca : Ideologi]

Tak lama ini seorang sahabat bertanya “bagaimana hukumnya seorang wanita yang ketika mendekati datangnya Ramadhan belum memenuhi hutangnya di Ramadhan sebelumnya. Dan waktu sudah tidak lagi memungkinkan untuk membayarnya?” Hmm... yang kutau. Dalam kondisi seperti itu. Kita diwajibkan untuk membayar fidyah ketika Ramadhan nanti dengan memberikan makan kepada mereka yang tidak mampu sebanyak hari yang telah ditinggalkan atau menggantinya setelah Ramadhan selesai dengan menambahkan hutang pada Ramadhan yang baru saja dilalui. Sembari membuka buku ’Risalah Fiqih Wanita’ yang abah berikan padaku. Kucek kembali siapa perisalah hadist itu. Dan ku kirimkan via messege ke sahabatku. Semoga saja bermanfaat...

Dari sebaris kisah di atas. Point apa yang kau dapatkan ?

Ehm. Kawan. Mengetahui ilmu agama (Islam) pada dasarnya adalah sebuah kewajiban. Tak ada lagi yang namanya tawar-menawar. Bukan lagi ilmu selingan. Bukan lagi ilmu yang dikesampingkan. Tetapi justru ilmu yang menjadi dasar untuk menerapkan ilmu-ilmu lainnya. Tetapi kalo kita perhatikan, kondisi sekarang justru lebih cenderung pada ”sekuler” yaitu tsaqofah yang memisahkan aturan kehidupan dan aturan Tuhan. Ilmu agama hanya menjadi ilmu parsial di antara ilmu2 terapan lainnya. Sehingga ilmu umum justru lebih dominan diminati dibandingkan ilmu agama. Perlu kawan2 ketahui bahwa Islam adalah sebuah ideologi kehidupan. Ideologi... dasar2 kehidupan yang memang harus kita pegang. Agar kita bisa menyelami kehidupan di jalan yang terang. Dan... ketika ideologi tersebut tergerus. Maka jangan salahkan mereka2 yang menjerumuskan. (salah sendiri) Ngga punya ideologi. Hari gini ngga berideologi (ups !)

Islam. Islam bukanlah sekedar agama. Bukan sekedar pelampiasan manusia kepada Tuhannya. Tetapi Islam adalah sebuah ideologi kehidupan. Yang didalamnya terdapat aturan2 yang telah ditentukan. Aturan2 yang dimaksudkan untuk mengelola keseimbangan kehidupan manusia dan alam. Untuk kebaikan kita semua.

Islam. Islam adalah tali buhul yang harus dipegang kuat2. Karena jika kau lepaskan. Kemungkinan besar akan melencenglah perjuangan hidup yang kau lakukan. Jangan sampai kau berjuang keras mati2an hanya untuk mengejar hasil ahir yang menyengsarakan.

“Mereka bekerja keras lagi kepayahan untuk masuk ke dalam neraka” begitu kira2 ayat yang pernah kudengar. Jangan sampai kita terlena akan dunia yang menawarkan berjuta kesenangan. Jangan sampai kita tenggelam dalam indahnya kehidupan yang tak bertujuan. Jangan sampai. Jangan sampai kawan. Sekali lagi. Jangan sampai kau bekerja keras mati2an untuk mendapatkan hasil ahir yang menyengsarakan. Tapi, peganglah kuat2 cahaya Islam yang sudah terang Allah perintahkan.

(tersenyum) kembali teringat masa lalu. Ketika aku menyayangkan rupiah2 yang kubelikan untuk buku2. Hingga ahirnya kusadari. Buku membuka mataku (buku apa dulu nih ?). Dan tidak hanya itu. Buku menjadi investasi kehidupan yang tak akan pernah lekang di makan zaman (asal ngga dimakan rayap aja). Jadi teringat ketika belanja ini itu. Kadang sama sekali tak terpikirkan lebih baik untuk beli buku2 yang mencerahkan dan bisa jadi pegangan ketika dalam kebimbangan. Tidak harus repot tanya kesana kemari (kecuali untuk hal2 yang memang tidak diketahui ya!). Kadang tak terpikirkan lebih baik untuk beli tafsir hadist atau kisah2 inspiratif yang membuka mata spiritual dibandingkan membeli hal2 yang hanya ditujukan untuk memenuhi nafsu (syetan). Ya Allah...

Kerenkan dirimu dengan membaca buku. Sisihkan uangmu untuk membeli hal2 yang sekiranya membawamu pada jalanNya. jalanNya yang insya Allah akan membawamu pada cahaya terang. Cahaya terang kehidupan. Cahaya yang tak akan pernah padam oleh gelapnya zaman. Dan kaupun akan dengan indah menyelami kehidupan dengan disertai ayat2 yang terang. Dan kasih Allahpun akan menghampirimu dengan sendirinya... tinggal kau nikmati saja betapa manisnya ^^  (ehm)

Sayang sekali rupiah2 yang kau gunakan untuk membeli barang2 ‘bermerek’ yang sebenarnya hanya ditujukan untuk kesombongan (wallahualam). Sayang sekali rupiah2 yang kau gunakan untuk mengeksiskan diri dihadapan orang (wallahualam). Sayang sekali rupiah2 yang kau gunakan untuk memenuhi nafsu (syetan). Sayang sekali... tak adakah panggilan hati untuk memanfaatkannya demi mengaharap ridhaNya. Yang akan terbayarkan insya Allah dengan nikmat yang tiada tara kelak di jannahnya.

Teringat gurauan Ustadz (afwan lupa namanya) dari FKG UGM yang berceramah ketika menjelang berbuka puasa H+3 di Masjid Kampus UGM “begitu mudahnya kita dipermainkan oleh ideologi pasar” (ups !) rame ini. kesini... rame itu. kesitu... Jujur saja. Kalimat tersebut begitu mengena dan sarat makna. Ya. Kita sangat mudah terbawa arus pasar (global) yang sebenarnya adalah trik2 yang ditebarkan untuk mengalihkan manusia (terutama muslim) agar terkikis imannya. Agar mereka perlahan pergi dari ideologinya. Ideologi Islam. Ideologi yang seharusnya diterapkan dalam kehidupan. Ideologi yang sebenarnya adalah identitas keberadaan Islam sebagai rahmat kehidupan. Islam Rahmatan lil'alamin

Pesan yang tak akan pernah kulupakan disetiap tulisan2ku : Istiqomahlah kawan ! berjalanlah kau dimuka bumi dengan menjadikan ayat2 Allah sebagai pertimbangan dalam tindakan. Salam ukhuwah...
________________________
Inspiring Room, Yogyakarta
Kamis, 4 Ramadhan 1432 H / 4 Agustus 2011
Mencoba mengeksiskan diri dengan buku [Baca : Ideologi] menebar cerahnya ajaran Islam

Monday, August 1, 2011

Khalifah 'Free Palestine' !

Apa yang terpikir dalam benak kalian ketika mendengar kata ‘Palestine’ ? mungkin saja akan ada tanya yang terlintas, kapan ya negara itu akan bebas dari penindasan ? dan berpikir ke sana. Mungkin cukup membuat pusing juga. Secara, sudah berapa lama negara tersebut di tindas. Padahal banyak sekali negara di sekelilingnya. Banyak. Sangat banyak. Hitung saja ada berapa negara yang dominan muslim di dunia. Atau negara non-muslim yang katanya mengaku mempunyai jiwa2 kemanusiaan tinggi. Dunia lawan satu negara ngga bisa ? kalo dipikir secara logika. Ngga mungkiiin... Ada banyak konspirasi yang terjadi disana.

Dengan penuh harap... Palestina pasti akan bebas kapanpun itu. Hanya Allah yang tau... Janji siapakah yang selalu tertepati selain Allah. Berfikir secara logika. Berhubung kita nggak tau kapan waktu tepatnya. Palestina mungkin (wallahualam) akan bebas ketika kaum muslim bersatu dalam sebuah negara. Ya. Negara islam kawan. Seperti yang pernah didirikan oleh Nabi kita tercinta.

Masih ingatkah kisah ketika Nabi baru mendapat 40 orang pengikut. Ketika mereka mulai menampakkan adanya Islam dengan mengelilingi ka’bah sembari mengucapkan labbaikallah... dengan keterasingan ? Pastinya Nabi dan para sahabat menyadari bahwa akan ada banyak pertentangan. Terlebih lagi menyangkut keyakinan. Bayangkan saja keyakinan nenek moyang yang sudah begitu lamanya terpatri tiba2 tergantikan oleh keyakinan baru. Mungkin orang akan menganggap itu adalah sebuah keasingan. Tapi dengan azam yang kuat yang di anugerahkan Allah kepada kekasihNya dan para sahabatnya. Merekapun berani menampakkan taringnya. Ini adalah agama Allah kawan. Islam. Agama yang memancarkan cahaya terang dalam gegap kejahiliahan.

Yah. Mereka ketika itu masih terasing di Makkah. Ketidakkondusifan Makkah untuk dijadikan sebagai tempat diterapkannya aturan2 Islam membuat Allah menurunkan perintah untuk Hijrah. Hingga pada ahirnya Nabi dan para sahabat hijrah ke Madinah. Dengan anugerah Allah melalui Mus’af bin Umair. Masyarakat Madinahpun dengan senang hati menerima Islam. Allah jadikan Madinah sebagai tempat mulia ditebarkannya nilai2 kebenaran. Dan disanalah. Pertamakali negara Islam didirikan. Langsung berada dalam komando Rasulullah Shallallahu’alaihi wasalam.

Dengan tasqif yang Rasul terapkan untuk mencetak manusia2 terdepan dalam perjuangan menyerukan Islam. Ahirnya Madinahpun berhasil melakukan pembebasan2. Menyelamatkan negara2 yang dicengkram oleh aturan2 jahiliah. Aturan2 yang menyengsarakan rakyatnya. Aturan2 yang menindas. Dan... kisah2 pembebasan negara2 oleh Islam pada masa kejayaan itulah yang membuatku teringat akan Palestina. Ya... kisah itu membawaku akan sebuah tanya. Mungkinkah Palestina akan bebas ketika negara Islam kembali berjaya ? atau justru sebelum itu dan dalam waktu dekat ini ? wallahualam

Mengingat permintaan tolong seorang muslimah disana yang kulihat dalam sebuah video dokumenter runtuhnya kekhalifahan. Kadang membuatku tergetar. Benar2 sangat miris. Semoga Allah hinakan mereka yang berkosnpirasi untuk meruntuhkan kakhalifahan.  Mendengar rintihannya yang begitu memelas penuh harap “aina antum?” dimanakah kalian... benar2 membuat hati ini menangis. Mereka disana membutuhkan kita. Kita kaum muslimin. Bukankah kita disatukan oleh agama Allah kawan... beruntung sekali kita masih hidup nyaman tentram disini. Dan masih banyak yang bisa kita nikmati. Tanpa adanya suara brondongan peluru disana sini. Bayangkan mereka disana. Bahkan mereka memelihara sendiri saja entah. Sayangnya... distorsi berbagai media membuat masyarakat kebingungan. Mereka yang tidak memahami Islam yang sebenarnya hanya bergantung pada informasi global. Informasi2 yang entah dipertanyakan kebenarannya. Sehingga mereka tidak tau akan kondisi Islam yang sesungguhnya. Terlaknatlah media2 yang menyembunyikan fakta dan realita.

Islamisasi yang semakin dangkal membuat kebanyakan kaum muslim seperti buih saja. Benarlah kata Rasul. Akan ada masa dimana Islam di anut oleh sebagian besar manusia. Tapi mereka bagaikan buih dilautan. Tak ada maknanya. Dan yang menyerukan Allah di masa itu di anggap asing. Tapi beruntunghlah hai kau yang merasa asing. Tetaplah istiqamah di jalanNya. Semoga Allah antarkan kau pada penghujung syurga.

Dan Intervensi negara2 barat yang hingga kini masih sangat kental terasa. Dengan dalih memberikan bantuan, mereka telah berhasil ikut andil dalam menentukan kebijakan2 yang sebenarnya justru menyengsarakan rakyat. Penjajahan secara fisik memang sudah tidak lagi terjadi. Tapi negara2 dunia ketiga masih menjadi objek imperialisme gaya baru yang lebih halus melalui penjajahan politik dan dominasi ekonomi melalui globalisasi.ghazwul fikr. Terlaknatlah pemimpin2 yang menjadi boneka mereka. Pemimpin2 yang tsaqofahnya telah teracuni oleh pemikiran asing ! 

Kepribadian Islam terkikis sudah oleh globalisasi. Dan barat lancar sudah menghancurkan kebudayaan Islam melalui taktik food, fashion dan funn yang mereka tebarkan di bumi. Grrr ! istiqomahlah kawan. Jagalah Allah di masa2 sulit ini. Maka Allahpun akan menjagamu. Dengan kondisi yang seperti ini. Penerapan aturan2 Islampun menjadi terasa asing. Jadi ingat seorang sahabat yang menceritakan kisahnya ketika pergi ke Masjid Gede Kauman. Tertuliskan disana aturan2 masuk masjid yang di antaranya adalah (1) harus menutup aurat; (2) dilarang berduaan; dan (3) menaati aturan. Subhanallah... Teringat juga ketika penjaga parkir di Masjid Kampus menegur dua insan yang sepertinya non-mahram berduaan ‘kalau mau pacaran bukan di masjid tempatnya...’ dan menegur seorang wanita yang masuk Masjid dengan busana mini ‘maaf. Disini kawasan menutup aurat’ subhanallah... ini hanyalah satu contoh dalam Masjid. Bayangkan ketika aturan2 mulia dari Allah tersebut berlaku lebih luas lagi. Indahnya Islam insyallah akan tertampakkan. Bahkan bagi kaum non-Islam sekalipun . Karenanya, dengan pembinaan. Maka masyarakat dengan sendirinya akan memahami hakikat Islam. Dengan sndirinya mereka akan sadar wajibnya menutup aurat. Dengan sendirinya mereka akan menyadari bahwa berpacaran itu tidak diperkenankan. Dan tidak lagi masuk Masjid berduaan dengan yang bukan mahram. Betapa indahnya...


Bukankah Masjid adalah rumah Allah. Pikirlah. Secara itu rumah Allah. Sepantasnyalah bersikap ketika mengunjungi rumah Allah. Kalo lebaran saja berkunjung ke sana sini bajunya bagus banget. Kan biasanya kalo lebaran pada pake yang menutup aurat tuh. Masa masuk rumah Allah pakenya mini yang ‘dalam Islam’ identik dengan jelek banget.

Memang... Pragmatisme masyarakat yang masih menerapkan Islam secara parsial. Membuat Islam menjadi tak tampak. Membuat kekuatan muslim yang begitu banyaknya tak ada apa2nya. Sekalipun untuk mebebaskan Palestina. Karena untuk membentuk kekuatan itu. Diperlukan manusia2 pilihan yang mau bersatu untuk menerapkan kejayaan Islam kembali. Bukankah Allah menerangkan hal tersebut dalam firmanNya. Laa yastakhlifannahum... huruf kho, lam, fa dalam kalimat tersebut adalah kata dasar dari khalifah. Ya. Allah kelak akan memberikan kekuasaan pada khalifahNya. Pemimpin yang menegakkan kalimat2Nya. Menyerukan kebaikan dan kemungkaran seperti yang diperintahkan oleh Allah Dan hendaklah ada di antara kalian ada segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar Yakinlah. Keterpecahan Islam dalam banyak golongan. Tidak lantas membuat kaum muslim menolak kejayaan Islam di kembalikan. Bukan begitu ? Mari bersatu padu... Selamatkan kaum muslim dari virus globalisasi. Selamatkan kami hai khalifah Allah. Dan bebaskanlah Palestina !


Semoga kita diistiqomahkan. Berjalan di jalanNya di masa sulit ini memang mebutuhkan perjuangan besar. Semangat kawan. Salam ukhuwah dan keep istiqomah ^^
______________
Inspiring Room, Yogyakarta
Senin, 1 Ramadhan 1432 H / 1 Agustus 2011
Dalam semangat Ramadhan hari pertama. Bismillah... Mari maksimalkan ibadah untuk capai ridha dan cintaNya di bulan mulia...