Oleh : [Kiki] Rakhmawati Z
rakhmawati.zaki@gmail.com

Wednesday, September 26, 2012

Bekerja VS Ibu Rumah Tangga, Pilih Mana?


Peran profesional muslimah adalah peran kontributif, dan peran utamanya adalah di rumah. Ketika dia ke luar rumah dan menjalankan peran sesuai dengan kapasitasnya secara profesional, sesungguhnya ia tengah ikut bersama kaum pria untuk membangun bangsa. Meski demikian perlu diingat, jika dilihat secara jumlah, sebenarnya muslimah yang dikaruniai peran kontributif jumlahnya lebih kecil daripada wanita rata-rata. Dan dalam pengurusan manajemen dan analisa biasanya wanita memang memiliki kualitas lebih bagus dibandingkan kaum laki-laki.

Ketika seorang muslimah memiliki potensi dan kesempatan untuk menjalani peran publik, maka ia harus menjalaninya dengan baik dan semata untuk mengharap ridha Allah. Selain itu ia juga harus didukung oleh suaminya, keluarganya, dan masyarakat (negara). Mereka yang memutuskan untuk berkontribusi pada bangsa dan masyarakat dan tentunya dengan seizin dan ridha suami harus mencari cara yang efektif dan efisien untuk berperan optimal tanpa meninggalkan fungsi utamanya sebagai istri, ibu dan ibu rumah tangga (dalam tataran masyarakat). 


Kita memang perlu menciptakan dunia yang ramah bagi muslimah, ramah dalam peran dan produktifitas. Peran sahabiyyah di zaman rasulullah sangat banyak dan beragam. Sementara sekarang ada pemikiran yang mengerucutkan peran muslimah itu menjadi dua poin ekstrim, ibu bekerja dan ibu rumahtangga. Bagaimana sebenarnya? 


Peran muslimah, sesungguhnya bukan sekedar pelengkap, pemanis, atau sekedar peran di belakang layar. Tetapi dia memiliki banyak peran dan tanggung jawab yang harus dijalankan. Ada peran individu sebagai seorang hamba, peran sebagai istri, peran sebagai ibu dan peran sebagai ibu rumah tangga dalam tataran masyarakat bahkan bangsa yang menuntutnya untuk berkontribusi. Lalu bagaimana cara mengelola semua peran tersebut tanpa  mengenyapingkan peran utamanya sebagai wanita seutuhnya? Ada pertimbangan-pertimbangan yang harus diperhatikan oleh seorang muslimah dalam memilih mana yang lebih diprioritaskan.

Ketika kita memilih untuk berkontribusi di tataran masyarakat, kita harus memahami betul apakah peran tersebut akan mengganggu peran utamanya? ketika suami mendukung dan peran tersebut bisa diseimbangkan tanpa mengganggu peran utamanya, maka diperbolehkan. Tetapi ketika peran tersebut dimungkinkan akan mengganggu peran utamanya maka dia harus meninggalkannya dan fokus pada peran utamanya. Bagaimanapun syurga muslimah berada dalam ridha tidaknya suami.

“Banyak kaum laki-laki hebat yang di latar belakangi oleh wanita hebat, baik istri, ibu maupun saudara.” Kalimat ini harusnya bisa menjadi pemicu bagi kaum wanita untuk berperan secara optimal baik sebagai istri, ibu maupun ibu rumah tangga. Bahkan Nabi pernah bersabda, bahwa kemandirian dan tegaknya sebuah negara bergantung pada wanita. Karena dialah pencetak generasi-generasi pemimpin negara. 

Dari siroh kita belajar bahwa mereka juga menjalankan peran-peran strategis. Ada sebuah kisah shahabiyah yang cukup menarik untuk disimak. Ketika itu, dalam perencanaan penempatan pasukan, muslimah ditempatkan pada tempat yang sesuai dengan fitrahnya, di belakang. Namun, pada saat-saat genting, Rasul tidak melarang muslimah untuk mengambil peran-peran penting, bahkan meski itu mengambil tempatnya para sahabat. Contoh, Nasibah Al- Mazniyyah, Srikandi Perang Uhud. Di saat genting, Umar, dan bahkan Abu Bakar mundur ketika mendengar kabar Rasulullah telah wafat. Mereka tidak punya semangat lagi untuk berjihad, karena mereka menyangka, siapa lagi yang mau dibela? Tapi ternyata saat itu Rasul pingsan. Saat tersadar, beliau tidak melihat kehadiran orang lain kecuali Nasibah yang sedang berjuang melindungi beliau. Kemudian Rasulullah mempersilakannya meminta kepadanya, “Ya Nasibah, salmi, salmi” (mintalah, mintalah). Kemudian Nasibah meminta “Ya Allah jadikanlah aku sebagai temanmu di surga”. Rasullah pun memohon kepada Allah “Ya Allah jadikanlah Nasibah ini menjadi temanku di surga.”

Nasibah berperan langsung, bahkan dalam perang fisik. Pada mulanya ia memegang dua pedang. Tapi, setelah ia kehilangan sebelah tangannya, ia memberikan salah satu pedangnya kepada anaknya. Dalam peperangan itu, Nasibah kehilangan suami, anak, dan sebagian anggota badannya. Dalam kondisi genting seperti itu, Rasulullah tidak mengatakan “Nasibah, sedang apa kamu di sini??” Tidak. Jadi, meski sebelumnya ia berada di deretan pasukan belakang, saat itu Nasibah berperan sebagai pendamping rasul karena tidak ada yang melakukannya. Subhanallah... semoga kita diberi kekuatan untuk selalu meningkatkan kualitas diri agar bisa ikut berkontribusi membangun bangsa. Dimulai dari diri sendiri - keluarga - masyarakat - bangsa - Islam united :DDDD
____________
Inspiring...
Bandung [Senin, 10 September 2012]

Tuesday, September 25, 2012

Happy Weeding Honey :DD Barakallah !

Tak terasa, it has been a week I lived in my new hometown. It was quite amazing... Cold and doesn’t noisy enough even its place is near from center of the city. Sudah sejak lama aku ingin mengenal kota ini lebih dekat. Pengembaraan seorang city planner untuk mengenal administrasi dan karakteristik kota-kota Indonesia. Ingin rasanya bisa mengunjungi dan mengenal mereka lebih jauuuh. Semoga diberi kesempatan... Aamiin.

Seminggu sudah aku menjalankan tugas sebagai city  planner di sebuah perusahaan swasta. It was quite enjoyable, many important things I have got. Seminggu sudah aku bertugas dan weekend datang menyapa. Ternyata aku tak bisa menghabiskan weekend pertamaku di sini, aku harus pulang ke Pemalang untuk berpamitan dengan Abah. Ketika transfer tempat tinggal, aku belum sempat bertemu Abah karena beliau bertugas di Solo selama setengah bulan. Selain itu another aim is there is weedings party that should be attended. My best friends weedings party. Sahabat sebangku selama 3 tahun di SMA. Honey... Metti Lesta Septiani.

“Happy weeding honey :DD nice to hear you to be a “bride”. Finally you found your “groom” :DD may Allah bless your little family. May Allah guide you always in every part of your life... aamiin. Make Him pleased with your new characters honey, as wife, soon as mum and as part of your community. Now, you are esier to reach Jannah for further... :DDD” (sincerely your best friend, 14 September 2012)

Untuk perjalanan pulang, aku lebih prefer  dengan perjalanan malam walaupun resiko yang harus ditanggung cukup besar. Tanpa mahram. Beruntung jadwal keberangkatan bisa menyampaikanku di waktu pagi. Sepanjang perjalanan Mamah dan Abah selalu menghubungiku. Maklum saja karena anak perempuan mereka harus melewati perjalanan jauh sendirian. Aku menyadari kekhawatiran mereka. Tetapi tidak ada pilihan lain, kondisi membuatku harus pergi sendiri.

Sabtu siang menjelang dzuhur aku dan teman-teman menuju lokasi pesta pernikahan. Berasa reunian, “reuniannya kalo ada yang nikah aja” celetuk seorang teman saat bercengkrama dalam perjalanan. “hahaha of course, ‘cause we are going to be adult honey :D nowtime we have our own way”. “and who is next?” tanya yang lain. “just wait...” then we laughed together. Dengan kondisi badan yang sangat capek aku harus mendatangi weedings party sahabatku. Memenuhi undangan adalah hal yang di anjurkan bukan, sejauh apapun, selagi mampu dan memungkinkan untuk datang :DDD

Menjelang ashar aku pulang ke rumah, sekitar 2 jam dari pusat kota Pemalang. Dan malam minggu kuhabiskan waktuku untuk bercengkrama, berdiskusi, masak bersama dan makan bersama dengan Mamah dan Abah. Just three of us. Ah rindu sekali. I always miss this moment, much... very much... Andai aku bisa pulang setiap waktu. It will be the best thing I ever got. But having them is quite enough for me. Alhamdulillah 

Malam senin aku bersiap untuk berangkat, kembali menjalankan tugas. Oh nikmatnya capek ini... Masya Allah. Semoga saja perjalanan ini membawa berkah. Aamiin.
____________________________________
Bandung, Senin 23 September 2012
[17.08-17.27]