Oleh : [Kiki] Rakhmawati Z
rakhmawati.zaki@gmail.com

Monday, July 30, 2012

Moeslimah Only, Journey to The Blest Way

I would give up everything 
Before Id separate myself from You (died) 
After so much suffering 
Ive finally found unvarnished truth
I was all by myself for the longest time 
So cold inside 
And the hurt from the heart
It would not subside 
I felt like dying 
Until You saved my life 

Thank God I found You 
Im lost without You 
My every wish and every dream 
Somehow became reality 
When You brought the sunlight 
Completed my whole life 
Im overwhelmed with gratitude 
Thank God I Found You by Mariah Carey

I like part of lyrics from this song. When I heard this song, its lyric makes me remember the struggle of myself to find Allah along my life. This song has accompanied me since I found my blest way. While I was looking for the blest way, I was trying hard to learn many things... I tried hard to find the truth, space out my time to learn, and face my inner problems, against myself and obedient my heart ’cause there are oftentimes resistence both of them. Struggle to leave many things and find out what human being. And this struggle will never stop as long as this world-wide keeps standing. 

I remember. One day on November around Mosque I met someone. Her name is Aqila. We were talking for along furthermore. She is open minded and a kindly person even we just knew each other. I felt like I ever seen her before in some place, but I didn’t figure out where it was. I felt that she is my real sister. I named this ukhuwah. Even we didn’t know each other but we felt already closed for along. Someday, she came to my dorm and stayed for a night. We chatted along the night till we discussed about two ayah in Al Qur’an, [Al Ahzab:59] and [An Nur:31]. It is about muslimah attributes. Actually I often hear these ayah and just feel so so. But it was going different at that time. Directly, water grains turned down on my cheek. And finally, I realized my sins for along. I know this is guidance from God... I like the way Allah impressed me. 

But life always hard, wherever we were. Sometimes when we decided something we have to ask our heart, does he ask us to choose or not? And for me “my life is what my heart calls to do.” Anything your heart said is the truth and it comes from God, but anything logic said is nafs, and anything worst said is syetan. These are the principal of muslimah to be hold. If you do, you’ll find your blest way sista... 

Hope to become the truly a perfect one who successfully methamorphosed into the real muslimah. Forswear and regret is renewing our aim to do something to get reward from God. Bismillah.
_______________
Rumah Tarbiyah, Yogyakarta
Monday, July 30 2012 [14:40]

Tuesday, July 10, 2012

Berjuta “HAL” yang Tak Kau Sadari


“Mb Kiki shalat?” suara lembut membangunkanku dari lelap. Kupandang jam digital di handhphoneku, pukul 03.20. Kurenggangkan tangan dan badan. Mencoba menyadarkan diri dari kelelapan, “Ngga dek...” Tertatih aku menuruni tangga, hampir saja terhuyung menabrak pintu. Ternyata kesadaranku belum pulih sepenuhnya. Akupun beranjak membersihkan diri dan membangunan mereka yang masih terlelap dalam mimpi.

Kusiapkan keperluan yang akan kubawa untuk aktifitas hari ini. Sembari menunggu yang lain shalat, kutata ruang kelas kemudian sekilas membaca catatan kecilku. Catatan kecil yang memuat rencana aktifitas dan beberapa hal yang harus kuselesaikan hari ini. Sebuah rencana mini yang semoga saja mengantarkanku pada pencapaian mimpi. Bismillah. 

Jam menunjuk pukul 05.15. Anak-anak sudah menempatkan diri di tempat duduknya masing-masing. Kicauan mereka menghangatkan suasana subuh yang dingin. Tetapi sesaat kemudian berubah menjadi tenang.  Abi datang.

Materi pagi ini, Qawa’id Fiqh. Abi mengajak kami berdiskusi untuk merefresh materi yang telah beliau sampaikan. Beragam pertanyaanpun terlontar. Hingga sampailah pada pembahasan HISAB. 


Sederet kalimat membuatku merenung sejenak, “Bahkan peniti yang kalian milikipun akan dihisab, untuk apa kalian gunakan?” sederet kalimat sederhana namun penuh makna.

Kutengokkan kepalaku kekiri dan kekanan, kulihat sebagian anak-anak bertumbangan “Bangun! Bangun! Ta’awudz! Ta’awudz!” suara Umi mengagetkan. Kemudian beliau berjalan ke depan dan dengan lantang mengatakan, “Majlis taklim itu di penuhi oleh malaikat, mereka berdoa dan bershalawat untuk kita sepanjang majlis taklim berlangsung, mereka telah mendoakan kita, maka sudah selayaknya kita membalasnya denga bersugguh-sungguh belajar.” Senyum hangat tersungging dari bibir Umi, “untuk masalah tugas, ujian, kuliah, kita mudah sekali meminta izin tanpa mempertimbangkan konsekuensi ketertinggalan. Lalu bagaimana dengan Fiqh. Akhlaq. Aqidah... dan Alqur’an?? Mana porsi untuk belajar mencintai Allah lebih dalam? Dunia itu hanya tempat bersinggah anak-anakku” wajah Umi memerah, dan tiba-tiba butiran bening mengalir dari mata beliau. Serentak kami terdiam. Tetesan-tetesan air mata tiba-tiba berjatuhan dan mengharubirukan suasana pagi itu. Betapa nistanya kami.

“Taukah kalian? Satu peniti yang kita milikipun akan di hisab. Coba beritahu Umi, berapa banyak peniti cantik yang kalian punya. Untuk apa kalian gunakan? Untuk menarik perhatian? Berapa banyak baju yang kalian punya. Berapa banyak barang yang kalian punya... Semakin banyak barang dan harta yang kalian miliki, maka semakin banyak pula tanggungjawab yang akan diminta”

Apa saja yang kumiliki? Apa saja yang kusimpan dalam lemari dan rumahku? Untuk apa mereka aku gunakan. Sungguh para sahabat memanfaatkan kekayaan mereka untuk berjihad di jalan Allah, tidak hanya harta, bahkan jiwa. Lalu kita?? Lihatlah Abu Bakar, bahkan beliau tidak menyisakan harta sedikitpun untuk istri ataupun anak-anaknya ketika beliau meninggal, “cukuplah Al-qur’an dan Sunnah yang kutinggalkan untuk mereka”. Maha Besar Allah yang membuat hati para sahabat begitu cinta Kepada-Nya dan Rasul-Nya. Semoga kita di anugerahi perasaan itu... Amin.
_____________________
Rumah tarbiyah, Yogyakarta
Rabu, 11 Juli 2012 [12:55]