Oleh : [Kiki] Rakhmawati Z
rakhmawati.zaki@gmail.com

Sunday, August 14, 2011

Menata Langkah Menuju Walimah [ Part II ]

#Hari kuliah kedua#

Salam hangat... Masih dalam semangat membara Ramadhan mulia… kuliah kali ini di isi oleh seorang konsultan keluarga sakinah dan penulis best seller Islamic parenting. Beliaulah Ustadz Fauzil Adhim. Materi pertama di mulai dengan sebuah kisah menarik dua insan muda. Yang ternyata adalah sang ustadz dan istrinya (ups!). Tapi beliau sudah ikhlas kok untuk dibeberkan ceritanya. Ngga papa kan untuk pembelajaran. Selagi itu positif dan ngga mengumbar.

Istri ustadz adalah seorang wanita shalihah asal Sulawesi yang notabene memiliki kebudayaan berbeda dengan sang ustadz yang berasal dari jawa. Walopun perbedaan ashabiyah masih begitu kuat, tapi nyatanya mereka bisa bersatu dalam dekapan ukhuwah. Nyontek kata-katanya Salim A. fillah. Bermula dari perjuangan pasca pernikahan yang benar-benar di mulai dari “0” dengan rumah kontrakan tanpa perbendaan dan kosong mlompong. Hanya ada sebuah tikar bekas hadiah seseorang. Sudah hadiah. Bekas pula. Salut deh sama beliau dan istrinya. Lanjut beliau. Mirisnya, tikar itu adalah alas multifungsi yang dimanfaatkan sebagai alas tidur mereka berdua ketika malam hari dan menjadi alas tamu ketika di siang hari. Subhanallah...

Ehm. Masuk dalam materi. Langsung aja… Aktifis dakwah jaman sekarang. Kata ustadz. Sebagian besar mengalami kegagalan pernikahan dikarenakan mereka memiliki niatan yang salah dalam melangkah menuju pernikahan. Dari beberapa pengalaman tentang mereka yang konsultasi dengan beliau. Sebagian besar mengatakan mereka menikah dikarenakan ingin terlihat di antara teman-teman aktivis lainnya. Dari sini kita bisa melihat bahwa kegagalan pernikahan yang di alami oleh sebagian besar orang adalah dikarenakan kesalahan “niat” untuk menikah yang didukung dengan “keberagamaan” yang masih kurang. 

Perlu diketahui, bahwa sebagai langkah awal untuk menempuh jenjang pernikahan. Ternyata ada beberapa hal yang harus kita luruskan: 
  1. Niat, niatkan menikah dalam rangka melaksanakan syari’at yaitu untuk menyempurnakan agama Allah dan mengabdikan diri di jalanNya; 
  2. Memahami dengan benar substansi dari tujuan menikah itu sendiri;
  3. memiliki ilmu, bahwa untuk melangkah ke jenjang pernikahan bukan saja modal materi yang dipersiapkan. Tetapi yang paling utama adalah modal ilmu tentang kekeluargaan dan keberagamaan. Keberagamaan di sini bukan berarti tentang pemahamannya tentang agama. Tetapi lebih pada keistiqomahan dan perealisasiannya dalam melaksanakan syari’at. Dan kesiapan kita untuk berubah ketika kita atau pasangan kita melakukan hal yang tidak sesuai syari’at dengan saling mengingatkan. Bolehlah dia hafal Al-Qur’an. Tapi tidak mengamalkan isinya ? sama saja. Bolehlah bahasa arabnya keren. Tapi perilakunya brutal ? sama saja. Bolehlah luluan Universitas Madinah. Tapi tidak amanah ? sama saja. Justru lebih di anjurkan untuk memilih mereka yang “keberagamaannya” kuat dibandingkan mereka yang hanya memahami agama secara teori.
Pada intinya, ukuran kebarokahan menikah bukan terletak pada materi, tetapi terletak pada kesiapan usaha untuk menghadapi bahtera rumah tangga. Rasulullah memberikan nasihat agar kita sebaiknya mencari pasangan yang sekufu dalam hal agama. Bukan dalam hal strata. Ngga ada tuh dalil yang mengatakan bahwa S1 harus sama S1. Atau S2 harus sama S2. Dokter harus sama dokter. DSBG

Dilanjut dengan sebuah kisah yang menginspirasi. Ada seorang akhwat yang di anugerahi kecantikan dan kecerdasan melebihi akhwat lainnya. Tetapi dia mendapatkan suami yang (afwan) mungkin secara fisik dan agama sangat kurang. Hmm. Itu adalah bentuk ujian. Ketika sang akhwat di tanya kenapa kok bisa mau sama laki-laki tersebut. Dia menjawab dikarenakan ketika istikharah yang keluar selalu namanya. Karena sang akhwat adalah seorang yang keberagamaannya kuat. Diapun ahirnya mau menikahi lelaki tersebut dengan pertimbangan petunjuk yang telah diberikan oleh Allah. Karena dia yakin bahwa petunjuk Allah adalah yang terbaik. Dan Allah memang Maha Adil. Setelah ditelisik ternyata selama perjalanan mencari pasangan, si laki-laki karena ketidakpahamannya akan agama. Dia selalu berdo’a agar dipertemukan dengan seseorang yang bisa mengajarinya agama. Dan dipertemukanlah mereka berdua. Subhanallah… Dan nyatanya sang akhwat berhasil mentransfer ilmunya dan pernikahanpun berahir dengan bahagia .

Perlu kawan-kawan ketahui. Ketika seseorang memiliki keberagamaan yang kuat. Memahami kewajibannya dan hak-haknya. Maka insyallah. Rumah tangga akan barokah. Ada sebuah kalimat dari Ustadz Fauzil Adhim yang cukup mengena (bagi saya pribadi)… bahwa  orang yang memperbaiki diri jauh lebih baik dibandingkan orang baik yang menganggap dirinya baik. Dan semoga saja kita menjadi manusia yang selalu memperbaiki diri di setiap waktu. Sekali lagi kusisipkan kalimat penggugah jiwa yang sangat kusukai dalam artikel yang kutulis kali ini.

Dan beruntunglah dia yang selalu memperbaharui semangatnya di setiap waktu, menjaga niatnya dalam setiap kebaikan dan menemukan Allah dalam setiap langkahnya... 

Ada dua saran yang dianjurkan oleh Ustadz Fauzil Adhim dalam “mencari” pasangan. Di antaranya adalah:
  1. Jangan rewel, Maksudnya, jangan banyak minta, jangan kebanyakana kriteria, atau… dia harus begini, dia harus begitu. Perlu kita ketahui bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Tapi fokuskan saja pada satu kriteria yang pokok yang di anggap “prinsip” menurut kita. Semakin tinggi harapan kita, maka semakin berkurang pula keberkahan rumah tangga. Kecuali kalian sudah memenuhi langkah-langkah untuk menjemput pasangan seperti yang telah dijelaskan dalam bahasan sebelumnya Menata Langkah Menuju Walimah [Part I] bukankah kesempurnaan hanya milik Allah semata. 
  2. Lihatlah kelebihannya, alih-alih melihat kekurangannya. Ya. Alih-alih melihat kekurangannya. Lihatlah sisi baik dari pasangan kita. Jadikan kelebihannya sebagai alasan bagi kita untuk mencintainya karena Allah.
Pesan ustadz [untuk para ikhwan] bahwa kunci terbaik untuk menelurkan anak-anak yang cerdas, pintar, ideologis, beragama, berakhlak, bermoral dan embel-embel lainnya yang diharapkan ada pada sang anak… adalah dengan menyayangi umminya, hhh ^^

Untuk keduakalinya. Sebenarnya masih banyak kisah inspiratif yang belum tertuliskan dalam materi kali ini. Tapi semoga saja materi  yang telah dibeberkan di atas cukup untuk mengisi database memori otak kawan-kawan. Jangan lupa jadikan satu folder sama materi sebelumnya dan beri nama “all about pra nikah”
Semoga bermanfaat, salam ukhuwah… mencintai kalian karena Allah…
_____
Inspiring Room, Yogyakarta
Minggu, 14 Ramadhan 1432 H / 14 Agustus 2011
Tertulis dalam semangat membara ramadhan mulia H+14

No comments:

Post a Comment

Let make a friend, be closer with silaturahim... trust that someday Allah will unite us :DDD