Oleh : [Kiki] Rakhmawati Z
rakhmawati.zaki@gmail.com

Thursday, September 29, 2011

Kembali ke Haribaan [Berpulang]

Adekku drop, udah di lepas alatnya sebuah sms singkat tiba-tiba menghentikanku dari membaca buku. Maksudnya ? tak berani aku menanyakannya lebih lanjut. Secara medis adekku udah ngga ada, adekku meninggal balasnya. Innalillahi wa inna ilaihi raaji’uun, semoga Allah menerima Dek Bagus di sisiNya, dan semoga Allah mengenugerahimu kesabaran balasku tak bisa berkata-kata.

Beberapa jam yang lalu baru saja aku mengunjungi sebuah Rumah Sakit bersama tiga orang temanku untuk menjenguk teman kami yang sedang berduka karena kecelakaan yang menimpa adiknya. Kumasuki sebuah kamar isolasi tempat keluarganya berada dengan sebuah layar kecil terpampang di salah satu sudut ruangnya. Ku pandangi layar itu lamat-lamat. Terbaring sosok lelaki muda di sana. Dialah sang adik. Tak terlihat luka luar yang cukup parah memang. Tapi dia mengalami luka dalam. Pembuluh darah di kepalanya pecah.

Belum genap 3 tahun temanku melewati indahnya kebersamaan bersama anggota keluarga baru di rumahnya. Seorang wanita muda yang menggantikan peran ibunya. Tapi dalam rentang waktu yang cukup dekat dia harus menerima kenyataan bahwa adik yang begitu di sayangnya menyusul pergi. Pergi untuk selamanya dan tidak akan pernah kembali.  Ya Rabbi... sabarkanlah temanku... sungguh cobaan silih berganti mewarnai hidupnya. Aku yakin. Allah mengujinya karena Dia sayang padanya.

Dek Bagus masih begitu muda. “Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah” Sesungguhnya kita hanya di pinjami jasad oleh Allah untuk menjalankan sebuah misi. Suatu saat pinjaman itu akan di ambilNya. Dan ketika jasad itu telah berpisah dari ruhnya. Itulah saat pertanggungjawaban akan di minta.

Aku baru saja kehilangan ibuku. Dan sekarang aku harus melihat adekku dalam keadaan seperti itu. Apa yang harus ku lakukan. Aku ngga punya siapa-siapa lagi selain adekku dan ayahku. Haruskah adekku juga di ambilNya” kata-kata itu masih terngiang di kepalaku ketika temanku mendatangi kamarku dan mengagetkanku dengan pelukannya secara tiba-tiba beberapa hari yang lalu. Entah berapa lama dia memelukku erat di temani sesenggukan tangisnya. Ya Rabbi... Hidup di dunia itu sungguh hanya sementara. Dia masih begitu muda. Bahkan lebih muda dariku. Akupun semakin takut akan waktu itu. Waktu ketika aku harus di pisahkan dari jasadku. Aku belum siap. Aku belum siap menghadap dengan segunung dosa di belakangku.

Setelah mengalami koma selama 3 hari. Ahirnya Dek Bagus menghembuskan nafas terahirnya dan kembali ke haribaan.“taukah kamu gimana rasanya koma ?” kata seorang teman. “gimana rasanya ?” tanyaku. “dalam keadaan koma, jiwamu ngga ada di jasadmu, tapi dia mengelana dan mengembara tanpa tau arah tujuan, seperti mimpi, tapi kamu ngga tau di mana jalan keluar, kamu terperangkap dalam mimpimu sendiri, kamu mimpi dan ngga bisa bangun dari mimpi itu…”

Bayangkan saja. Kita bermimpi tapi kita tidak bisa terbangun. Pernahkan kalian bermimpi jatuh dalam sebuah lubang tanpa dasar... bukankah sangat tidak mengenakkan...

Semoga Allah menerima Dek Bagus di sisiNya. Semoga Allah teguhkan dan sabarkan mereka yang di tinggalkannya. Kawan. Hidup di dunia itu hanya sementara. Dan kita tidak pernah tau sampai kapan umur kita bertahan. Itu adalah rahasiaNya… Semoga dengan mengingat kematian. Kita bisa semakin memaksimalkan  waktu-waktu yang tersisa. Dan melaksanakan misi yang telah Allah perintahkan untuk di selesaikan di dunia. Beribadah di kala malam. Berakhlak baik kepada sesama. Menolong yang kesusahan. Membantu yang kekurangan. Menebar kasih sayang. Menyambung silaturrahim. Memaafkan yang bersalah. Mengingatkan yang menyimpang. Melaksanakan apa yang di perintahkanNya dan menjauhi segala apa yang di larangNya. Semoga kita di istiqomahkan. Dan semoga hati kita selalu di condongkan pada jalannya. Amin
___________
Inspiring Room, Yogyakarta
Kamis, 29 September 2011

Detik-detik menunggu Dek Bagus di pulangkan ke rumah terahirnya. Semoga Allah menerimanya. Dan menempatkannya di sisiNya. Mengampuni segala dosanya. Dan menerima segala amal perbuatan baiknya. Untuk temanku… semoga Allah memberimu ketabahan dan ketegaran dalam menghadapi cobaanNya. dan berikanlah kabar gembira kepada mereka yang bersabar”

Monday, September 26, 2011

Bahagianya [Aku] Menjadi Seorang [Muslim]

Alhamdulillah… segala puji bagi Allah. Alhamdulillah… segala puji bagi Allah. Alhamdulillah… segala puji bagi Allah

Dzikir yang setiap hari tak pernah lepas kulontarkan. Alhamdulillah atas anugrah terindah yang Allah berikan karena Ia lahirkan aku sebagai [muslim]. Alhamdulillah atas kenikmatan yang tak akan pernah bisa kuhitung dan kubayar. Alhamdulillah atas keindahan ukhuwah yang telah Ia jalinkan. Alhamdulillah atas setiap ketenangan jiwa yang Ia anugerahkan ketika kegelisahan hati menyerang. Alhamdulillah… segala puji bagi Allah pemilik semesta alam. Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamiin.

Ingin sekali rasanya meneriakkan “Bahagianya aku menjadi seorang [muslim] !!” sekencangnya… andaikan bisa... Pasti kulakukan. Tapi sekedar berteriak memanggil seseorang yang telah menjauh saja aku malu. Malu untuk mengeraskan suaraku :| Biarlah kuteriakkan kata-kata itu dalam mimpiku. Di padang rumput hijau dengan di temani bunga dan hangatnya pancaran cahaya sang surya. Atau… di bawah langit malam di temani kerlap kerlip bintang dan rembulan. Indahnya :|

Taukah… Betapa bahagianya [Aku] menjadi seorang [Muslim] ?

[muslim] adalah manusia paling mulia di atas seluruh manusia dengan perilakunya yang mempesona. [muslim] adalah manusia paling beradab di atas seluruh manusia dengan kecemerlangan berpikirnya. [muslim] adalah manusia paling bahagia di atas seluruh manusia karena mereka yang bersedih tertahan oleh firmanNya dengan kabar kebahagiaan melalui kesabarannya. [muslim] adalah anugerah terindah yang Allah berikan pada manusia sebagai pelangi kehidupan yang menebarkan kasih sayang pada sesama. [muslim] adalah manusia-manusia yang telah di pilihNya. Bersyukurlah kalian yang di jadikanNya sebagai [muslim] :| Lihatlah mereka yang lahir dari sulbi-sulbi kafir. Mereka harus berjuang lebih keras. Mungkin mereka harus berpisah dengan keluarganya. Mungkin mereka harus hijrah dari lingkungan di mana mereka berada. Mungkin mereka harus bekerja keras mencari ilmu yang sama sekali belum mereka ketahui dasarnya. Mereka hanya di bekali penglihatan dan pendengaran serta akal sebagai modal oleh Allah yang mungkin dengannya masih belum cukup bagi mereka. Terlebih lagi bagi mereka yang di takdirkan sebagai musuhNya. Ya Rabb. Naudzubillahimindzalik... Mereka di jadikan percontohan manusia-manusia hina yang menentangNya. Mendapatkan kenikmatan adzab yang begitu perihnya di ahirat dan di dunia. Ya Rabbi. Ighdinashiraatalmustaqiim... Tunjukilah kami jalan yang lurus...

Rasul kita adalah manusia yang pengaruhnya pada dunia tidak akan pernah tergantikan. Yang sejarahnya tidak akan pernah terkotori oleh pemutar-balikan. Yang kemuliaannya akan selalu di kenang dan tidak akan pernah hilang di telan waktu dan zaman.  Yang perjuangannya justru akan terus dan terus di estafetkan oleh generasi-generasi penerus Islam. Yang agamanya akan menjadi agama acuan. Yang persatuan ummatnya tidak akan pernah terpisahkan oleh hasutan. Bahkan manusia-manusianya menjadi sosok yang di rindukan sebagai penebar kasih sayang.

Tengoklah ke belakang. Betapa Rasul kita adalah seorang manusia yang begitu mulia. Tengoklah kepribadiannya yang sejak kecil hingga wafatnya penuh dengan perilaku-perilaku mempesona. Betapa di percayanya beliau oleh para sahabat dan ummatnya. Bahkan oleh para musuhnya. Tengoklah… betapa indah apa yang dibawanya. Al-qur’an. Ayat-ayat Tuhan. Dienul Islam. Agama paling di benarkan di atas segala agama. Yang menerangkan dan membangkitkan peradaban dunia.

Tengoklah. Betapa berat perjuangan yang telah di laluinya. Memperkenalkan perlahan dan bertahap dengan penuh kesabaran tentang apa yang di bawanya. Lihatlah. Betapa hebatnya siksaan yang telah di alami para sahabat yang masuk Islam di permulaan kemunculannya. Betapa banyak hal keduniaan yang mereka tinggalkan. Bahkan merelakan jiwa dan raganya dengan menjadi syuhada di jalanNya. Mereka berperang tanpa gentar. Tetapi justru menghadapinya dengan penuh keberanian. Menyambutnya dengan penuh kebahagiaan. Seakan mereka melihat indahnya syurga di medan perang. Karena dengan perang tersebut mereka hanya akan mendapatkan kabar gembira. Mati syahid di jalanNya atau menang bersama Islam dan RasulNya. 


Karenanya. Berbahagialah kalian yang di takdirkanNya sebagai [muslim]. Semoga penglihatan dan pendengaran serta akal kita selalu di gunakan untuk memahami dan memaknai kebesaranNya. Dan sekali lagi kukatakan. Betapa bahagianya [Aku] menjadi seorang [Muslim]
____________
Yogyakarta, Inspiring Room
Senin, 26 September 2011



Sunday, September 11, 2011

Raih Mimpi dan Pancarkan “Warna Ilahi”

Sejuk angin malam bangunkanku dari kelelapan

Kulangkahkan kaki mungilku keluar
Menengok Betelgeuse yang masih bersinar terang

Kulihat, Vega telah tenggelam
Pertanda sepertiga malam datang
Sunyi… Sepi…
Waktu yang tepat untuk berbagi
Dengan kekasih pujaan hati
***

Sinar pagi mulai berpendar
Redupkan Archernar
Dan perlahan...
Bintang Constelasi Eridanus itu menghilang
Terbias bola cahaya raksasa yang mulai menerang

Kusapa pagi...
Kuucap salam pada mentari...
Dan bersiap untuk menjejakkan kaki
***

Dengan berharap akan ridhaNya
Bismillahirrahmanirrahiim…
Tebarkan pelangi hari ini, pelangi...
Yang semoga saja memancarkan warna Ilahi
***

Saatnya bergerak, gapai cita !
Saatnya bergerak, kejar mimpi !

Pancarkan pribadi muslim sejati di setiap langkah
Memendar “indah” bak Aurora Borealis di kutub utara
Dan bersinar hangat nan cerah layaknya Sang Surya
________________________________________________
Dalam semangat pagi. Gapai mimpi. Raih cita. Dan tepis asa... Sandarkan harap pada Ilahi... Jawaban ada di tangan kita... Insyallah dengan izinNya... Dan ketika cita dan mimpi tak kunjung menyapa. Sesungguhnya bersabar dan bertawakkal itu lebih baik dari dunia dan seisinya

Inspiring Room, Yogyakarta [Minggu, 11 September 2011]

About The Owner

Assalamu’alaykum wr wb……

Hi... Best regard for all. May Allah always keeps our faith hold on in the middle period of the world till the end of time, Amin. Welcome to my blogg. And let the owner introduce herself... :P My name‘s Rakhmawati Z. But my friends usually call me Kiki. Sometimes they call Rakhma or Zaki. So it‘s easy I think to call me which one of those name surely. Im from Pemalang. Have you ever heard? Might be you rarely heard ya :| Pemalang is a little city in the middle of Java and part of Pantura‘s traffic line. You need one hour to reach Pemalang from Pekalongan or Tegal. 3 hours from Semarang. And 5 hours from Yogyakarta. I suggest you to visit Pemalang. And you will find the great city you ever known there... 
Now. I‘m still finishing my graduate study in Gadjah Mada University. My graduate studi‘s covered in a wide range. Architecture and Regional Planning. With concentration Urban and Regional Planning. But actually I was not quite interested that particular study. Yes. Honestly... But there is nothing wrong with science. All science must be important thing to be learnt.


Finally... I will finished my study. This year [2011] is time that I have been waiting for four years to pick up one of my big plan. And it will getting in. Become a fresh graduate.

This blog is my footsteps to share my opinion about Islam. May be you can compare with yourself. In the same view or may be different... But actually sometimes this blog used to share about my feeling and my wandering journey :| Numpang nangis. Numpang sedih. Numpang mellow. Numpang senang. Numpang ketawa. Numpang bahagia. Dan yang pasti numpang nulis.

Last but not least. Learning about Islam is necessity. Because its guidance to walk on our life. So ! Do not ever rest your study about this. Keep up your faith. Your believe. And we will always in His protection.

Best Regard
“[Kiki] Rakhmawati Z”

Wednesday, September 7, 2011

Kebimbangan Akan Keterhijaban

Di balik keterhijaban yang Allah takdirkan. Ada banyak hikmah yang akan kita dapatkan. Ketika kita tidak memperoleh apa yang kita harapkan. Bisa jadi itu adalah jawaban. Dan tentu saja. Jawaban Allah adalah jawaban TERBAIK. Maka… terimalah dengan SABAR dan TAWAKKAL. Dan agaknya… kita perlu mengevaluasi kembali tentang makna “yang terbaik” menurut kita.

Sebuah kalimat inspirasi yang tiba-tiba saja menggaung di lorong telinga pagi ini. Masih pagi sudah mikir apa ya kok sampai dapat kalimat berat kaya begitu… Hmm. Inilah akibat sisa kegalauan yang belum hilang. Kegalauan yang mungkin tidak hanya di alami olehku tapi mungkin juga di alami oleh banyak orang. Masa depan.

Berusaha itu HARUS ! tapi untuk masalah hasil biarlah Allah yang menentukan...

Rasanya itu kunci yang perlu di pegang oleh setiap orang yang menginginkan kebahagiaan hakiki. Berbicara tentang kebahagiaan. Siapa sih yang nggak kepingin. Setiap orang pasti menginginkan BAHAGIA. Tapi yang jadi perdebatan adalah bahagia seperti apa yang diinginkan. Apakah bahagia dalam hal keduniaan atau kebahagiaan jiwa. Karena untuk mencapai salah satu kebahagiaan itu terkadang kita harus mengorbankan salah satu kebahagiaan lainnya. Itulah dilema yang dirasakan oleh sebagian besar orang. Bahwa faktanya untuk mencapai kebahagiaan hakiki (akhirat) terkadang kita harus mengorbankan kebahagiaan dunia dan sebaliknya. Perbedaan tujuan inilah yang perlu di perhatikan. Karena kebahagiaan memiliki arti berbeda bagi setiap orang. 


Terkait kebahagiaan dunia. Allah sudah memaparkannya secara jelas dalam Al-qur'an :


Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda-kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga) (Ali-Imran [3] : 14)
 
Ketika seseorang memiliki apa-apa yang disebutkan di dalam (QS Ali-Imran [3] : 14). Dunia seolah menjadi syurga. Sehingga terkadang mereka terlalaikan karenanya. Dan kebahagiaan yang mereka rasakan tersebut tidak berlaku selamanya ketika kesemuanya tidak diimbangi dengan kekayaan jiwa. Karena nyatanya banyak mereka yang secara materi berlebih tapi ternyata tidak secara bathin. Padahal kebahagiaan hidup yang hakiki justru terletak pada kebahagiaan jiwa. Nah kekayaan jiwa inilah yang masih sulit di dapatkan oleh kebanyakan orang.


Dan ketika kita dihadapkan pada permasalahan masa depan yang kita tidak pernah tau, maka kita di wajibkan untuk mengusahakannya terlebih dahulu sebagai bentuk ikhtiar kita agar bisa memperoleh hasil yang kita inginkan. Yang pingin pintar dan dapet nilai bagus ? Belajar. Yang pingin lulus ? Selesaikan penelitian sebagai syarat kelulusan. Yang pingin berkeluarga? Nikah. Dan lain sebagainya. Ada usaha-usaha yang perlu dilakukan terlebih dahulu untuk mendapat apa yang kita inginkan yang kita anggap sebagai kebahagiaan” ketika kita memperolehnya.

Berbicara mengenai hasil (takdir). Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui. Bahwa di dunia ini ada hakikat peristiwa yang bisa dikuasai dan peristiwa yang tidak bisa dikuasai oleh manusia. 
  1. Kawasan yang mampu dikuasai oleh manusia. Di area ini manusia akan dihisab karena berada di lingkup pilihanya sendiri. Tergantung pada jalan mana yang akan di ambil. Jalan kebenaran atau kebathilan. Dalam hal ini Allah membekali manusia dengan akal, penglihatan dan pendengaran. Contoh mudahnya adalah mau nikah lewat jalan mana ? taaruf atau pacaran. Bukankah itu pilihan.
  2. Kawasan yang tidak mampu dikuasai oleh manusia. Di area ini ada kawasan yang didalamnya melibatkan manusia dan tidak melibatkan manusia. Dalam lingkup ini manusia tidak dihisab karena hasilnya Allah yang menentukan. Contoh tentang peristiwa yang melibatkan manusia : 
    • Kematian. Misal nih. Ketika berkendaraan mungkin kita sudah ikhtiar untuk mengendalikannya dengan hati-hati. Tapi nyatanya banyak mereka yang sudah hati-hati tapi tetap saja kecelakaan dan berahir meninggal. Mungkin kita sudah ikhtiar dengan memakan makanan bergizi. Berolahraga. Dan rajin berkonsultasi ke dokter tentang masalah kesehatan. Tapi siapa yang tau bahwa kita akan meninggal secara tiba-tiba.
    • Jodoh. Mungkin kita sudah ikhtiar dengan menempa diri agar mendapatkan pasangan yang sepadan dalam hal keberagamaan. Bahkan mungkin ada yang sudah menarget siapa orangnya. Tapi siapa yang tau… Apakah dia jodoh kita atau bukan.
    • Rizki. Mungkin kita sudah berusaha bersusah payah mencari rizki. Tapi kok masih saja kekurangan. Dan yang mengherankan mungkin ada sebagian orang yang tidak ada usaha sama sekali tetapi justru mendapatkannya denga sangat mudah. Bisa jadi… itulah rizki yang Allah tetapkan.

    Tentang peristiwa yang tidak melibatkan manusia. Contoh mudahnya adalah tentang keberadaan kita di dunia. Mungkin yang sering kita dengar di film-film adalah ucapan tentang “kenapa aku dilahirkan jika harus mengalami penderitaan?” Belum kenalan sama Allah nih orang yang ngomong kaya begini. Kenalan dulu geh... Tapi Allah sudah menakdirkan dia untuk lahir ke dunia. Dan kita juga sudah dipilih oleh Allah untuk lahir ke dunia dan menjadi bagian dari hamba-hambaNya. Siapa yang bisa menolak kalo sudah Allah yang menentukan.

    Itu adalah paparan tentang kenyataan yang perlu kita ketahui. Ketika kita mendapatkan jawaban yang tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Mungkin itu adalah takdir yang memang sudah Allah tentukan atas diri kita. Kita hanya diberi sarana untuk mengusahakannya. Jadi untuk masalah jawaban serahkan saja pada Allah.


    Tapi sayangnya. Banyak sekali dari kita yang kadang tenggelam dalam kecewa ketika apa yang diharapkan tidak berhasil didapatkan. Jawabnya mudah kawan… cukup SABAR dan TAWAKKAL… Mudah untuk ditulis dan diucapkan hhh... Jadi terkait masa depan. Tetaplah berusaha untuk mencapai masa depan cerah yang kita inginkan. DUNIA wabil AKHIRAT. Berusahalah mencapainya dengan mendasarkan kecintaan dan harapan akan ridha Allah sebagai pijakan. Kalaupun kita tidak mendapatkannya di dunia. Insyallah kita akan mendapatkannya di ahirat. Sayang sekali mereka yang sangat terobsesi akan kesuksesan dunia tanpa mempedulikan kebahagiaan ahir di ahirat kelak. Semacam bersusah payah untuk mengejar hasil ahir yang dipertanyakan. Bukankah justru hasil ahir di akhirat yang harusnya mendapat perhatian. Karena itulah kehidupan hakiki yang akan menyambut kita di masa depan.

    Lalu. Bagaimana jika realita tidak sesuai dengan idealita…?

    Mungkin kita sudah berpijak pada keridhaan Allah dalam mem-planning ataupun mengikhtiarkan masa depan seperti apa yang kita inginkan. Tapi kadang ada hambatan-hambatan yang justru datang dari orang-orang terdekat. Mungkin kita sudah memutuskan untuk bekerja pasca kelulusan. Tapi nyatanya orang tua menginginkan kita untuk melanjutkan study. Atau sebaliknya. Mungkin juga kita ingin nikah muda. Tapi orang tua melarang. Mungkin kita menginginkan untuk bekerja di sebuah perusahaan X ternama yang banyak di incar oleh begitu banyak orang. Tapi hati kecil mengatakan untuk mengabdi pada ummat. Yah. Semua itu adalah pilihan...  

    Masa depan bisa kita tentukan. Dengan izinNya. Tetep usaha dengan berpijak untuk memperoleh ridhaNya. Dan untuk hasilnya serahkan pada Allah… Ketika tidak mendapatkan yang di harapkan. Jangan lupa slogan SABAR dan TAWAKKAL. Insyallah SUKSES DUNIA dan AKHIRAT. Salam semangat ! ^.^
    ___________________________
    Inspiring room, Yogyakarta
    Rabu, 7 September 2011 [09:00]

    Monday, September 5, 2011

    Menelisik lebih dalam apa itu PERADABAN

    Adab dalam Kamus Ilmiah Populer memiliki definisi tingkah laku. Sedangkan peradaban (hadharah) merupakan sebuah konsep kehidupan yang didasarkan pada sebuah aqidah (keyakinan). Ada dua jenis dasar yang memunculkan peradaban, di antaranya adalah : 

    1) Peradaban spiritual (diniyah Ilahiyyah)

    Peradaban spiritual berasal dari wahyu, yaitu aqidah (ideologi) yang berasal dari Tuhan (agama). Ada dua macam agama di dunia : 1) agama yang melahirkan peradaban. Yaitu agama yang memiliki konsep kehidupan yang menyeluruh; dan 2) agama yang tidak melahirkan peradaban. Yaitu agama yang tidak memiliki konsep yang menyeluruh tentang kehidupan. 

    Agama Islam memiliki aqidah yang menerapkan setiap aturan dalam bentuk perilaku yang didasarkan pada batas-batas tertentu (mendasarkan perbuatan pada halal dan haram) di berbagai aspek. Mulai dari aturan individu, bermasyarakat, kepemerintahan, perekonomian, pendidikan dan lain sebagainya sehingga memunculkan sebuah konsep kehidupan. Dari sinilah muncul peradaban spiritual yang berasal dari agama Islam. Berbeda dengan agama-agama lainnya seperti Shinto, Nasrani, Kristen, Hindu, Budha dan yang lainnya. Dimana kesemuanya hanya mengajarkan pengamalan ibadah secara vertikal saja sehingga tidak melahirkan peradaban.

    Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk yang benar dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai. (TQS. At-Taubah [9]: 33)

    Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima agama itu daripadanya, dan di akhirat ia termasuk orang-orang yang merugi. (TQS. Ali ‘Imran [3]: 85)


    2) Peradaban manusia (wadl’iyyah basyariyyah)

    Peradaban manusia berasal dari sebuah aqidah yang berasal dari fikrah manusia di mana sebuah konsep kehidupan dideklarasikan oleh sekelompok manusia yang menyetujui konsep tersebut. Misalnya seperti peradaban barat di mana merupakan peradaban yang tercipta dari aqidah sekulerisme (pemisahan agama dan kehidupan). Peradaban manusia juga bisa muncul tanpa didasari adanya aqidah dan hanya bersifat lokal dan parsial, seperti peradaban Yunani, peradaban Mesir Kuno dan lainnya. Seseorang atau sekelompok manusia yang menganut agama tertentu seperti Islam, Shinto, Nasrani, Kristen, Hindu, Budha dan lainnya, secara langsung akan menjadikan mereka sebagai bagian dari sebuah peradaban. Tetapi dalam aplikasinya, aqidah yang kita ketahui paling berperan dan cukup bertahan sepanjang perjalanan kehidupan manusia adalah aqidah Islam dan Barat.

    Jika kita telisik lebih dalam, peradaban yang kini eksis adalah peradaban barat. Banyak hal yang bisa kita temui dari bentuk-bentuk keeksisan peradaban barat yang kini mendominasi dunia, salah satu di antaranya, yang cukup mudah ditemui oleh kalangan mahasiswa adalah terkait masalah pendidikan ke luar negeri. Kita tau bahwa untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri, bahasa inggris menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi. Karena Bahasa inggris merupakan bahasa internasional yang menghubungkan komunikasi antar negara di dunia (sekarang). Berbeda dengan masa ketika peradaban Islam berjaya. Di mana Islam menjadi rujukan berbagai bidang ilmu pengetahuan yang menarik mahasiwa dari berbagai penjuru negara, sehingga ketika itu bahasa arab menjadi bahasa internasional. Ingatkah kita akan masa-masa itu… itulah masa ketika Islam secara riil diterapkan dalam kehidupan.

    Adakah kau lupa, kita pernah Berjaya        
    Adakah kau lupa, kita pernah berkuasa
    Memayungi... duapertiga dunia
    Merentas samudera...
    [Alarm Me “Adakah Kau Lupa”]

    Jadi teringat kemarin hari baru saja menengok bangunan-bangunan sejarah bukti gemilangnya peradaban Islam di India melalui sebuah stasiun TV swasta, subhanallah… Coba deh kalian searching dan amati bukti-bukti sejarah peninggalan peradaban Islam, bakal kagum deh...

    Berhubung peradaban yang sekarang sedang eksis dan mendominasi dunia adalah peradaban barat, maka akan coba kita bahas lebih dulu peradaban barat. Seperti yang kita bahas sebelumnya, bahwa peradaban merupakan hasil interpretasi sebuah aqidah. Lalu pertanyaannya, seperti apakah aqidah barat ? menurut Wibisono dan Yusuf Dalam bukunya “Islam Mulai Akar ke Daunnya” dasar pemikiran aqidah barat adalah sekulerisme dan kapitalisme. Di mana semua tindak tanduk perilaku kehidupan dipisahkan dari aturan-aturan Tuhan dan didasarkan pada standar “modal”. Ketika sebuah keputusan akan memberikan keuntungan dalam hal materi, maka hal tersebut menjadi hal yang perlu dipertimbangkan walaupun bertentangan dengan aturan Tuhan. Hal ini menjadikan modal sebagai standar seseorang untuk mengambil keputusan dalam lingkup kehidupan peradaban barat.

    Peradaban barat menjadikan “modal” sebagai standar utama dalam menentukan tindakan. Hmm. Kaitannya dengan dasar pemikiran seperti ini, seorang peneliti kepribadian menyebutkan bahwa “semakin jauh, manusia akan semakin kehilangan jati dirinya sebagai manusia, akan ada masa terdegradasinya nilai-nilai moral dan spiritual, yaitu masa ketika manusia tidak lagi mengenal nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai sosial, tindak tanduk mereka bahkan hampir menyerupai binatang, hal tersebut di akibatkan oleh kondisi lingkungan global”. Yah. Kira-kira seperti itulah produk manusia-manusia peradaban barat. Mereka menyingkirkan nilai-nilai spiritual yang di amanahkan Tuhan sebagai panduan kehidupan sehingga menyebabkan mereka menjadi semakin jauh dari fitrahnya sebagai manusia.

    Sejenak menelisik sejarah munculnya sekulerisme. Sekuler sebagai dasar pemikiran dalam peradaban barat pertamakali muncul di Eropa akibat adanya pertentangan antara kaum muda dan pemuka agama. Para penguasa pada masa itu menjadikan para pemuka agama sebagai tameng kebejatan mereka dalam mengelola kebijakan di masyarakat, sehingga menyebabkan masyarakat menjadi skeptis terhadap agama mereka sendiri. Mereka menginginkan agar kehidupan (pemerintahan) tidak lagi di sangkut pautkan dengan agama. Hingga ahirnya muncullah pemikiran yang memisahkan agama dan kehidupan (sekuler).

    Seorang ustadz pernah menjelaskan bahwa kebangkitan pemikiran di Eropa telah memunculkan istilah sekulerisme, nasionalisme dan kapitalisme. Di mana pemikiran tersebut telah berhasil memunculkan kemajuan tekhnologi di Eropa dan membawa mereka mengelilingi dunia. Tetapi dalam aksinya mengelilingi dunia mereka terjerat oleh 3G : apaan 3G ? 3G merupakan singkatan dari gold, glory dan gospel. apaan tuh ? 1) gold, mencari kekayaan di tanah jajahan; 2) glory, mencari kemasyhuran di atas bangsa lain; dan 3) gospel, menyebarkan agama kristen. Inilah yang memicu terjadinya kolonialisme, dan terjadilah masa penjajahan terhadap negara-negara dunia oleh Eropa.

    Munculnya kolonialisme menjadi bagian penyebab runtuhnya peradaban Islam (Daulah Islamiyah). Di mana ketika itu negara-negara Eropa memberikan dukungan kepada gerakan-gerakan nasionalis di arab sehingga khilafah mengalami perpecahan. Keruntuhan kekhalifahan semakin didukung dengan melemahnya pemerintahan akibat masuknya fikrah-fikrah asing dari para pembesar arab yang pulang ke negaranya setelah menyelesaikan studinya di barat. Mungkin yang sebagian besar kita ketahui di antaranya adalah Kemal Pasha Attaturk.

    Masuk dalam pembahasan peradaban Islam. Jreng Jreng. Akan coba kujelaskan dengan di awali dari penelitian seorang mahasiswa UNIBRAW tentang “Konsep Tata Ruang Islam”. Dalam hasil penelitiannya mengenai seperti apa sih konsep tata ruang Islam yang di amatinya melalui identifikasi karakteristik kota-kota Islam di Timur Tengah seperti Cordoba, Baghdad dan kota-kota Islam lainnya yang masuk dalam bagian Daulah Islam ? beliau mendapati bahwa konsep tata ruang Islam di Negara Islam, merupakan pola yang terbentuk dari kebudayaan masyarakat Islam (tingkah laku dan kebiasaan) yang di hasilkan dari interpretasi Al-Qur’an dan Hadist. Jadi... kalo dalam ilmu plannologi nih, Konsep Tata Ruang Islam (pola ruang) terbentuk dengan sendirinya akibat kebudayaan (tingkah laku) masyarakat Islam yang di batasi oleh HALAL dan HARAM. Kalo polanya digambarkan itu menyerupai sarang laba-laba atau konstelasi jalur lintas planet-planet di angkasa. Tidak sprawl atau liniear seperti kebanyakan pola kota-kota di Indonesia. 

    Pola ruang Kota Islam dari lingkup terkecil hingga terbesar tersebut meliputi 1) Baitul Islam; 2) Darussalam; 3) Mahalle; 4) Harrat; 5) Madinah; dan 6) Daulah Islamiyah
      Menarik sekali. Subhanallah. Harusnya para planner muslim tidak melupakan keterkaitan Islam dalam perencanaan tata ruang agar tercipta penataan ruang yang tertata dan rapi sekaligus sesuai dengan syari’at. Di mana pola tersebut ternyata juga memberikan keuntungan dan kenyamanan tersendiri bagi maereka yang non muslim.

      Dalam penelitian konsep tata ruang dalam Islam disebutkan bahwa Masjid merupakan centra dari sebuah ruang wilayah. Merupakan pusat kegiatan masyarakat muslim. Tempat ibadah yang sangat intens dikunjungi baik untuk ibadah maupun untuk urusan pendidikan (Mengaji, Halaqoh, Kajian, dll). Kemudian di sekitarnya diikuti oleh kawasan pemukiman dan pasar. Pada jaman pembentukan kota oleh Umar Bin Khattab, beliau meletakkan pasar berada dekat dengan Masjid. Hal ini dimaksudkan agar mereka yang beraktifitas di pasar tidak meninggalkan ibadah ketika waktu shalat tiba. Bahkan pada masa itu ketika adzan datang, dengan sendirinya masyarakat baik pedagang maupun konsumen bergegas menuju masjid tanpa ragu barang dagangan mereka akan di usik oleh orang. Subhanallah. Betapa besar kepercayaan dan kebersamaan masyarakat muslim ketka itu. Rindu…

      Ini hanya setitik penjelasan mengenai keberhasilan peradaban Islam dari segi tata ruang, belum dalam hal pemerintahan, pengelolaan kebijakan, ekonomi Islam, pendidikan Islam dan bidang lainnya. Islam adalah agama yang memunculkan peradaban. Peradaban yang menerangi dunia dengan kalimat-kalimat terang (kalimatullah). Islam. Islam adalah agama sekaligus sebuah konsep kehidupan. Mari kita terapkan dalam kehidupan kita walaupun mungkin lingkungan tidak mengiyakan. Dimulai dari pribadi-pribadi yang sadar diri akan janji kebangkitan Islam. Tak perlulah merasa asing ^__^
       
      Andai semua orang tau betapa indahnya Islam. Maka dengan yakin kukatakan, bahwa mereka akan berbondong-bondong menuju agama Allah. Pelik sekali permasalahan umat ini. Karenanya, di mulai dari individu-individu yang sadar diri. Mari kita sambut kebangkitan Islam dengan perjuangan yang tiada henti. Jangan pernah ragu walau hanya melalui kontribusi-kontribusi yang menurut sebagian orang mungkin tidak ada artinya. Bukankah Allah yang akan menilainya. Jika Allah sudah menjadi bahan pertimbangan kita dalam bertindak, lalu apa lagi yang menjadi penghambat ?

      Menyimak sejenak tragedi-tragedi yang terjadi di Negara kita. Jadi teringat pesan Pak Amien Rais dalam ceramah Ramadhan yang pernah beliau sampaikan. Cobalah belajar dari kerapuhan para intelek modern. Ainul yakin... Negara ini akan mencapai puncak piramidnya jika dipegang oleh orang-orang yang memegang nilai-nilai Ilahiyah. Karenanya, pesan beliau “GEMBLENGLAH ILMU ANDA SESUAI BIDANGNYA DAN IMBANGILAH DENGAN NILAI-NILAI ILAHIYAH, DINAMISLAH, DAN JANGAN STASIONER !” (Amien Rais, 20 Ramadhan 1432 H @Masjid Kampus UGM)

      Sadarkah kita, bahwa ummat Nabi Muhammad adalah ummat yang istimewa. Seperti yang dinyatakan oleh Nabi Adam “Sesungguhnya Allah telah memberikan kepada umat Muhammad S.A.W 4 kemuliaan yang tidak diberikan kepadaku” : 1) Taubatku hanya diterima di Mekah, sementara taubat umat Nabi Muhammad diterima di sembarang tempat; 2) Pada mulanya aku berpakaian, tetapi jika aku durhaka kepada Allah maka Allah jadikan aku telanjang. Umat Muhammad durhaka dengan telanjang, tetapi Allah memberi mereka pakaian; 3) Ketika aku durhaka kepada Allah maka Allah pisahkan aku dengan isteriku. Tetapi ketika umat Muhammad durhaka, Allah tidak memisahkan mereka dari isterinya; dan 4) Ketika aku durhaka kepada Allah dalam syurga, aku dikeluarkan darinya, tetapi umat Muhammad yang durhaka kepada Allah akan dimasukkan ke dalam syurga apabila mereka mau bertaubat.

      Subhanallah… betapa besar kemuliaan dan kasih sayang yang Allah limpahkan kepada kita. Tidak banggakah kita menjadi ummat mulia ? tidak banggakah kita dengan ke-Islaman kita ? tidak banggakah kita bahwa orang lain menyaksikan kita sebagai seorang muslim ? mari gembleng diri. Sambut kebangkitan Islam dengan perjuangan tiada henti. Ciptakan  peradaban Islam mulai dari diri sendiri. Untuk kaum hawa… mari asah selalu akal kita. Siapkan diri menjadi ummi tangguh untuk mendidik generasi pengganti pemimpin-pemimpin yang tidak amanah, membangun generasi penerus pemimpin-pemimpin mulia. Menjadi perpustakaan bagi pertumbuhan sang buah hati. Dan bagi para calon Abi. Gembleng diri agar semangat juang selalu terpatri. Menjadi teladan bagi calon pejuang baru Islam.

      Selamat menyambut hari kemenangan HAPPY IED MUBARAK 1432 H, semoga semangat juang semakin kuat terpatri dalam diri… salam ukhuwah sahabat muslim dan muslimah...

      Inspiring room, Home Sweet Home [21:30]
      Senin, 30 Ramadhan 1432 H / 30 Agustus 2011
      “Dalam semangat menyambut hari kemenangan”

      Friday, August 26, 2011

      Antar RAMADHAN dan sambut SYAWAL

      3 minggu sudah aku bertemu RAMADHAN... akupun menyapanya “hendak kemana ?”  dan dengan lembut dia berkata “aku harus pergi, setahun lagi aku pasti kembali, tapi mungkin juga kita tak bertemu lagi... tolong sampaikan pesanku untuk MUKMIN, SYAWAL akan segera tiba, dan tolong sampaikan salamku untuk mereka yang telah menyambutku dengan sukacita, kuharap kelak PINTU AR-ROYYAN di SYURGA akan menyambut mereka dengan bahagia”

      Kata-kata tersebut, adalah kata-kata inspirasi dari seorang sahabat volunteer yang di kirimkan via message tepat terlewatinya tiga minggu RAMADHAN.

      Ku baca berulang… menatap ragu tak percaya… dan tiba-tiba saja butiran bening berjatuhan... Kututup mataku perlahan. Mencoba menyingkirkan rasa sesak yang menyeruak di dalam dada. Adzan subuh berkumandang. Menemani isak kecilku. Semakin dalam. Sesak rasanya. Kenapa perpisahan ini begitu cepat datang. Kenapa RAMADHAN cepat sekali berlalu. Rasanya baru kemarin aku bercengkrama dengannya. Rasanya baru kemarin aku bersuka cita menyambut kedatangannya. Kenapa kau cepat sekali pergi ?

      RAMADHAN 1432 H. Aku memutuskan untuk menemui RAMADHAN di Jogja. kota tempat rumah keduaku berada. Dengan pertimbangan untuk memaksimalkan pertemuanku dengan RAMADHAN. Akupun memutuskan untuk mendampinginya di Jogja hingga saat-saat terahirnya. Ya. Rasanya begitu berbeda bertemu dengannya di sini dibandingkan di tempat lainnya. Mungkin karena aku sudah jatuh cinta denganJogja” dan segala jejak perjuangan yang telah kulalui bersamanya…

      Teringat ketika aku berusaha keras untuk menyambut kedatangan RAMADHAN mulia. Begitu berseri wajahku. Bahkan terkadang sesekali wajah inipun memerah seakan hendak bertemu dengan sang kekasih gelap loh? Kusiapkan agenda-agenda dan waktu-waktu yang khusus ku dedikasikan untuk RAMADHAN jauh hari sebelum dia datang…  Sekaligus menyiapkan target-target besar pasca pertemuanku dengannya.  Target-target yang nantinya menjadi sarana untuk antarkanku mendekatkan diri pada Yang Maha Mulia.

      Tak terasa, 4 hari lagi SYAWAL akan datang menggantikan RAMADHAN. Sedih dan gembirapun campur aduk menjadi satu. Sedih karena RAMADHAN akan pergi, dan bahagia karena SYAWAL akan segera datang. Ya Rabb… Dengan penuh harap, akupun menyiapkan diri dan memantapkan hati untuk rela melepas RAMADHAN pergi dengan harap akan bertemu lagi. Dan mencoba membiarkan sukacita tumbuh untuk menyambut SYAWAL. Dilemma. Ya. Dilemma. Seakan mereka berdua adalah dua manusia terkasihku yang harus kupilih salah satu di antaranya.

      Teringat ketika sahabat-sahabat volunteer yang temani pertemuanku dengan RAMADHAN. Melihat senyum sumringah mereka membantu sesama. Melihat ke-GJ-an masing-masing dari mereka yang sesekali buat senyumku mengembang. Tak lupa juga Masjid Kampus tercinta, tempat tongkrongan yang begitu menyenangkan dan begitu berkesan ketika temaniku bercengkrama dengan RAMADHAN. Dan sahabat muslim muslimah yang begitu bersemangat menyambut RAMADHAN dengan penuh sukacita. Meramaikan rumah Allah dan mengorbankan tenaga serta waktu mereka untuk meraih cinta Allah melalui keberkahan RAMADHAN. Mencintai kalian karena Allah...

      Bahkan kurelakan untuk menunda ujian kelulusanku. Kutolak keputusan dosen yang 6 bulan ini telah membimbingku menyelesaikan penelitian (afwan jiddan pak...). Demi menyambut RAMADHAN. Sama sekali tak ada penyesalan walaupun target kelulusan sebelum mudik pada ahirnya belum terealisasikan. Tapi setidaknya, ujian yang baru saja kulewati berjalan dengan lancar. Alhamdulillah… kusadari itu. Itu adalah berkah RAMADHAN. Tanpa sepengetahuan Abah dan Mamah, kurelakan moment yang ditunggu oleh sebagian besar mahasiswa tingkat ahir dengan penuh sukacita ^^ karena aku yakin, di balik RAMADHAN ada banyak keberkahan tak terkira yang akan datang menyapa ketika kita memaksimalkannya dengan penuh harap dan keikhlasan. Keberkahan yang akan mengkayakan jiwa-jiwa gersang kita. Setelah ujian selesai, barulah kuhubungi Abah dan Mamah untuk meminta “maaf”

      Dan Allah sungguh pembuat skenario kehidupan yang Maha Hebat. Dibalik keterhijaban yang Allah takdirkan pada kita, ada banyak hikmah yang bisa kita dapatkan. Menjadikannya sebagai sarana penempaan diri. Menguji… Seberapa besarkah kecintaan kita pada Sang Ilahi.

      Kudedikasikan waktu-waktu terahirku dengan RAMADHAN bersama seorang sahabat yang telah berbaiat untuk berlomba meraih malam terindahNya. Berdiri di kala malam. Bersama saudara muslim dan muslimah lainnya. Meraih malam terindah dari seribu bulan. Ruku’ dan sujud bersama dalam dinginnya malam. Bertilawah bersama, menghidupkan dan menghaangatkan rumah Allah. Mengisi setiap sudut lorongnya dengan ruku’, sujud, dan kalimat Ilahiyah.

      SYAWAL akan segera datang. RAMADHAN akan segera pergi. Apa saja yang sudah kau lakukan ? sudah sesuai targetkah ? sudah ada peningkatan imankah ? sudah semakin mantapkan dengan keberagamaanmu ?

      Siapkan diri. Menyucikan hati... Saatnya packing untuk mudik... tak sabar menanti sambutan hangat keluarga tercinta di rumah. Mamah, Abah, Kakak, Adek dan The Middle Astronom yang sedang mengandung ^^ Tunggu aku… tak sabar sudah masak bersama Mamah, bercengkarama dan berdiskusi dengan Abah,  bercerita dan memeluk Kakak dan Adek….. kangen banget sama rumah t.t

      Untuk teman-teman yang mudik, selamat mudik, hati-hati di jalan… untuk teman-teman yang tinggal di jogja, selamat berkumpul dengan keluarga... SELAMAT MENYAMBUT HARI KEMENANGAN…
      ____________
      Terinspirasi dari seseorang yang lebih memilih untuk memenuhi permintaan umminya untuk pulang dibandingkan mempertahankan idealismenya, jazakumullah bil jannah...

      Inspiring Room, Yogyakarta
      [Jum’at, 26 Ramadhan 1432 / 26Agustus 2011]

      Sunday, August 14, 2011

      Menata Langkah Menuju Walimah [ Part II ]

      #Hari kuliah kedua#

      Salam hangat... Masih dalam semangat membara Ramadhan mulia… kuliah kali ini di isi oleh seorang konsultan keluarga sakinah dan penulis best seller Islamic parenting. Beliaulah Ustadz Fauzil Adhim. Materi pertama di mulai dengan sebuah kisah menarik dua insan muda. Yang ternyata adalah sang ustadz dan istrinya (ups!). Tapi beliau sudah ikhlas kok untuk dibeberkan ceritanya. Ngga papa kan untuk pembelajaran. Selagi itu positif dan ngga mengumbar.

      Istri ustadz adalah seorang wanita shalihah asal Sulawesi yang notabene memiliki kebudayaan berbeda dengan sang ustadz yang berasal dari jawa. Walopun perbedaan ashabiyah masih begitu kuat, tapi nyatanya mereka bisa bersatu dalam dekapan ukhuwah. Nyontek kata-katanya Salim A. fillah. Bermula dari perjuangan pasca pernikahan yang benar-benar di mulai dari “0” dengan rumah kontrakan tanpa perbendaan dan kosong mlompong. Hanya ada sebuah tikar bekas hadiah seseorang. Sudah hadiah. Bekas pula. Salut deh sama beliau dan istrinya. Lanjut beliau. Mirisnya, tikar itu adalah alas multifungsi yang dimanfaatkan sebagai alas tidur mereka berdua ketika malam hari dan menjadi alas tamu ketika di siang hari. Subhanallah...

      Ehm. Masuk dalam materi. Langsung aja… Aktifis dakwah jaman sekarang. Kata ustadz. Sebagian besar mengalami kegagalan pernikahan dikarenakan mereka memiliki niatan yang salah dalam melangkah menuju pernikahan. Dari beberapa pengalaman tentang mereka yang konsultasi dengan beliau. Sebagian besar mengatakan mereka menikah dikarenakan ingin terlihat di antara teman-teman aktivis lainnya. Dari sini kita bisa melihat bahwa kegagalan pernikahan yang di alami oleh sebagian besar orang adalah dikarenakan kesalahan “niat” untuk menikah yang didukung dengan “keberagamaan” yang masih kurang. 

      Perlu diketahui, bahwa sebagai langkah awal untuk menempuh jenjang pernikahan. Ternyata ada beberapa hal yang harus kita luruskan: 
      1. Niat, niatkan menikah dalam rangka melaksanakan syari’at yaitu untuk menyempurnakan agama Allah dan mengabdikan diri di jalanNya; 
      2. Memahami dengan benar substansi dari tujuan menikah itu sendiri;
      3. memiliki ilmu, bahwa untuk melangkah ke jenjang pernikahan bukan saja modal materi yang dipersiapkan. Tetapi yang paling utama adalah modal ilmu tentang kekeluargaan dan keberagamaan. Keberagamaan di sini bukan berarti tentang pemahamannya tentang agama. Tetapi lebih pada keistiqomahan dan perealisasiannya dalam melaksanakan syari’at. Dan kesiapan kita untuk berubah ketika kita atau pasangan kita melakukan hal yang tidak sesuai syari’at dengan saling mengingatkan. Bolehlah dia hafal Al-Qur’an. Tapi tidak mengamalkan isinya ? sama saja. Bolehlah bahasa arabnya keren. Tapi perilakunya brutal ? sama saja. Bolehlah luluan Universitas Madinah. Tapi tidak amanah ? sama saja. Justru lebih di anjurkan untuk memilih mereka yang “keberagamaannya” kuat dibandingkan mereka yang hanya memahami agama secara teori.
      Pada intinya, ukuran kebarokahan menikah bukan terletak pada materi, tetapi terletak pada kesiapan usaha untuk menghadapi bahtera rumah tangga. Rasulullah memberikan nasihat agar kita sebaiknya mencari pasangan yang sekufu dalam hal agama. Bukan dalam hal strata. Ngga ada tuh dalil yang mengatakan bahwa S1 harus sama S1. Atau S2 harus sama S2. Dokter harus sama dokter. DSBG

      Dilanjut dengan sebuah kisah yang menginspirasi. Ada seorang akhwat yang di anugerahi kecantikan dan kecerdasan melebihi akhwat lainnya. Tetapi dia mendapatkan suami yang (afwan) mungkin secara fisik dan agama sangat kurang. Hmm. Itu adalah bentuk ujian. Ketika sang akhwat di tanya kenapa kok bisa mau sama laki-laki tersebut. Dia menjawab dikarenakan ketika istikharah yang keluar selalu namanya. Karena sang akhwat adalah seorang yang keberagamaannya kuat. Diapun ahirnya mau menikahi lelaki tersebut dengan pertimbangan petunjuk yang telah diberikan oleh Allah. Karena dia yakin bahwa petunjuk Allah adalah yang terbaik. Dan Allah memang Maha Adil. Setelah ditelisik ternyata selama perjalanan mencari pasangan, si laki-laki karena ketidakpahamannya akan agama. Dia selalu berdo’a agar dipertemukan dengan seseorang yang bisa mengajarinya agama. Dan dipertemukanlah mereka berdua. Subhanallah… Dan nyatanya sang akhwat berhasil mentransfer ilmunya dan pernikahanpun berahir dengan bahagia .

      Perlu kawan-kawan ketahui. Ketika seseorang memiliki keberagamaan yang kuat. Memahami kewajibannya dan hak-haknya. Maka insyallah. Rumah tangga akan barokah. Ada sebuah kalimat dari Ustadz Fauzil Adhim yang cukup mengena (bagi saya pribadi)… bahwa  orang yang memperbaiki diri jauh lebih baik dibandingkan orang baik yang menganggap dirinya baik. Dan semoga saja kita menjadi manusia yang selalu memperbaiki diri di setiap waktu. Sekali lagi kusisipkan kalimat penggugah jiwa yang sangat kusukai dalam artikel yang kutulis kali ini.

      Dan beruntunglah dia yang selalu memperbaharui semangatnya di setiap waktu, menjaga niatnya dalam setiap kebaikan dan menemukan Allah dalam setiap langkahnya... 

      Ada dua saran yang dianjurkan oleh Ustadz Fauzil Adhim dalam “mencari” pasangan. Di antaranya adalah:
      1. Jangan rewel, Maksudnya, jangan banyak minta, jangan kebanyakana kriteria, atau… dia harus begini, dia harus begitu. Perlu kita ketahui bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Tapi fokuskan saja pada satu kriteria yang pokok yang di anggap “prinsip” menurut kita. Semakin tinggi harapan kita, maka semakin berkurang pula keberkahan rumah tangga. Kecuali kalian sudah memenuhi langkah-langkah untuk menjemput pasangan seperti yang telah dijelaskan dalam bahasan sebelumnya Menata Langkah Menuju Walimah [Part I] bukankah kesempurnaan hanya milik Allah semata. 
      2. Lihatlah kelebihannya, alih-alih melihat kekurangannya. Ya. Alih-alih melihat kekurangannya. Lihatlah sisi baik dari pasangan kita. Jadikan kelebihannya sebagai alasan bagi kita untuk mencintainya karena Allah.
      Pesan ustadz [untuk para ikhwan] bahwa kunci terbaik untuk menelurkan anak-anak yang cerdas, pintar, ideologis, beragama, berakhlak, bermoral dan embel-embel lainnya yang diharapkan ada pada sang anak… adalah dengan menyayangi umminya, hhh ^^

      Untuk keduakalinya. Sebenarnya masih banyak kisah inspiratif yang belum tertuliskan dalam materi kali ini. Tapi semoga saja materi  yang telah dibeberkan di atas cukup untuk mengisi database memori otak kawan-kawan. Jangan lupa jadikan satu folder sama materi sebelumnya dan beri nama “all about pra nikah”
      Semoga bermanfaat, salam ukhuwah… mencintai kalian karena Allah…
      _____
      Inspiring Room, Yogyakarta
      Minggu, 14 Ramadhan 1432 H / 14 Agustus 2011
      Tertulis dalam semangat membara ramadhan mulia H+14

      Saturday, August 13, 2011

      Menata Langkah Menuju Walimah [ Part I ]

      Hari ke-13 Ramadhan 1432 H. Ku isi dengan sebuah agenda kuliah dengan materi yang cukup substansial. Dan insyallah sangat bermanfaat untuk “kaum galauers” agar semakin mantap dalam melangkah sekaligus untuk meningkatkan pemahamannya akan susbstansi ‘pernikahan’. Bukan hanya bagi mereka yang sudah siap atau bahkan yang sedang dalam masa persiapan. Tetapi juga bagi mereka yang sudah menganggap bahwa ilmu tersebut sudah pantas dan sudah wajib masuk dalam database memori otaknya.

      Bersama seorang sahabat yang telah lama menemaniku berjuang selama masa penempaan, akupun masuk ke dalam sebuah ruangan dengan kapasitas sekitar 50 orang untuk mengikuti kuliah “pra nikah” yang di adakan oleh para organisator muslim Masjid Syuhada Yogyakarta yang di adakan tepat ba’da ashar hingga menjelang berbuka. Dengan intensitas 4x pertemuan selama seminggu ke depan, insyallah akan coba ku sharekan materi-materi kuliah yang ku dapatkan. 

      Untuk materi kuliah pertama di sampaikan oleh Ustadz Muhamad Anshori, S.Th.I., MM., MA. ceck this out!

      Menata langkah, menuju walimah

      Dari judulnya saja sudah bisa di tebak. Merupakan materi yang akan membahas mengenai langkah-langkah awal persiapan diri menuju pernikahan. Langkah-langkah yang insyallah akan memberikan keberkahan untuk menempuh jalan kebahagiaan. Langkah-langkah yang insyallah akan membawa kita pada jalan keridhaan. 

      Di awali dari sebuah Hadist riwayat Thabrani :

      Barangsiapa menikahi wanita karena menyandang KEDUDUKANNYA, Allah akan menambah baginya kerendahan. Barangsiapa menikahi wanita karena memandang HARTA BENDANYA, Allah akan menambah baginya kemelaratan. Barangsiapa menikahi wanita karena KECANTIKANNYA, maka Allah akan menambah baginya kehinaan. Dan barangsiapa menikahi wanita karena ingin MENUNDUKKAN PANDANGANNYA DAN MENJAGA KESUCIAN FARJINYA, atau ingin MENDEKATKAN IKATAN KEKELUARGAAN maka Allah akan memberkahi bagi keduanya.

      Menyimak pesan Rasulullah tersebut. Menjadi miris sekali ketika kita kaitkan dengan kondisi sekarang, di mana manusia cenderung lebih memilih pasangan dengan pertimbangan yang berbalik dari substansi yang disampaikan. Kedudukan, harta benda, kecantikan, justru menjadi tolok ukur dalam mempertimbangkan seseorang untuk dinikahi. Dan ternyata hal tersebut berlaku juga untuk wanita dalam memilih lelaki. Yah. Tapi itulah faktanya. Kemerosotan aqidah. Kemerosotan daya pikir. Kini sudah menjadi hal yang permisif. 

      Dari mata turun ke hati. Lelaki (maaf) kebanyakan cenderung matakeranjang. Ustadz menjelaskan bahwa mataeranjang di sini memiliki makna mata-ke-ranjang. Tau maksudnya ? Tidak perlulah dijelaskan panjang lebar. Ya. Itulah dampak umbaran aurat di mana-mana yang didapatkan secara gratis ! Ya Allah, jangan sampai kita kaum hawa menjadi penyebab seseorang masuk ke dalam neraka. Naudzubillah.

      Sedangkan untuk wanita, mereka lebih menggunakan pendengaran baru turun ke hati. Maksudnya. Kaum wanita cenderung melihat seorang laki-laki dari cerita. Ketika ada cerita mengenai seorang ikhwan yang memiliki prestasi dalam hal agama maka sang ikhwan akan menjadi ‘daya tarik’ tersendiri bagi kaum hawa (ups!). Tapi jangan karena hal tersebut terus kalian para ikhwan menjadi lebih gencar menempa diri menimba ilmu agama untuk menarik kaum hawa. Jangan sampai di salah niatkan. Tapi ikhlaskan karena Allah ta’ala. Ada beberapa hal yang bisa kita jadikan bahan pertimbangan dalam memilih pasangan, di antaranya :
      1. Kualifikasi, ketika kita menginginkan seorang pasangan dengan kualifikasi tertentu, maka tempalah diri kita agar pantas untuk menjadi ‘pasangannya’. Bisa diperkirakan sendiri... karena standar kualifikasi merupakan kebijakan masing-masing individu. 
      2. Fokus, fokuskan diri untuk mempersiapkan diri menjadi pasangan seseorang yang kita inginkan sesuai dengan standar kualifikasi yang telah ditetapkan. Pingin pasangan yang seperti apa ? pendakwahkah ? dokterkah ? pengajarkah ? pebisniskah ? atau yang lainnya. Maka gencarkanlah untuk menempa diri agar bisa mengimbanginya. Dan siapkan diri untuk menjadi pendampingnya dengan segala resiko yang akan ditanggung.
      3. Prioritas, dalam memilih pasangan diharapkan kita memiliki prioritas yang bisa dijadikan dasar pijakan untuk memilih. Seperti yang telah dijelaskan oleh Rasulullah kita tercinta. Bahwa dalam memilih pasangan, ada 4 hal yang bisa dijadikan sebagai dasar pertimbangan : (1) nasab atau latar belakang keluarga; (2) kecantikan atau ketampanan; (3) kekayaan; dan (4) agama. Dari empat dasar pertimbangan tersebut, agama menjadi dasar pertimbangan utama yang dinasehatkan oleh Rasul dalam memilih pasangan untuk mencapai kebahagiaan. Tidak hanya kebahagiaan dunia semata tapi juga kebahagiaan akhirat.
      Dan untuk melangkah ke depan, diperlukan bekal-bekal yang ‘seharusnya’ sudah dimiliki oleh seseorang yang ingin melanjutkan pada jenjang pernikahan. Di antaranya adalah :
      1. Bekal ilmu atau fikroh, Bekal ilmu didasarkan pada pemahaman seseorang dalam memahami urgensi dan manfaat pernikahan, pemahaman mengenai kewajiban dan hak seorang istri atau suami, pemahaman tentang visi dan misi pernikahan serta pemahaman mengenai hukum-hukum dalam berkeluarga. 
      2. Bekal mental dan psikologis, Bekal psikologis didasarkan pada kesiapan seseorang untuk mencintai dan dicintai, kesiapan untuk bertanggungjawab, kesiapan untuk menerima kekurangan, serta kesiapan untuk mendidik dan saling meluruskan. 
      3. Bekal fisik, Kesiapan fisik didasarkan pada kesehatan jasmani dan ruhani, kemampuan untuk menjalankan kewajiban dan hak sebagai istri atau suami serta kesiapan untuk menjaga kebugaran fisik. 
      4. Bekal finansial, Bekal financial didasarkan pada kinerja keuangan yang memadai untuk membiayai kehidupan berkeluarga, kesiapan untuk mengembangkan penghasilan dan memiliki planning financial yang cukup jelas terkait pengelolaan perbendaan keluarga dan pendidikan anak.
      Ketika bekal-bekal tersebut sudah terpenuhi oleh seseorang maka nikah menjadi sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan. Ada beberapa hukum nikah yang dijatuhkan pada seseorang, di antaranya adalah wajib, makruh dan haram yang disebabkan oleh beberapa alasan :
      • Wajib, seseorang akan dijatuhi hukuman wajib nikah ketika (1) dia memiliki kemampuan yang layak dalam hal finansial. Sudah bekerja dan sudah memiliki nilai digit yang di dapat setiap bulan; (2) sudah memasuki kondisi rawan zina, maksudnya, ketika seseorang sudah memasuki usia dewasa maka dia sudah dijatuhi hukuman wajib nikah; (3) rawan tergoda, yaitu untuk orang-orang yang dikhawatirkan akan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan karena mudah tergoda oleh lawan jenis; dan (4) ketika hasrat dan kegelisahannya sudah tidak mampu terbendung oleh puasa. 
      • Makruh, pernikahan menjadi makruh ketka dikhawatirkan akan merugikan pasangannya. Misal; penghasilan belum layak, emosional dan labil, ringan tangan dan tidak memiliki hasrat terhadap pasangan. 
      • Haram, pernikahan menjadi haram bagi seseorang ketika dipastikan mendzhalimi istrinya baik secara psikologis, biologis mauun financial
      Ehm. Sekian untuk pertemuan pertama, sebenarnya masih banyak materi yang belum tersampaikan dalam tulisan ini terkait pembahasan dalam pertemuan kuliah pertama. Tetapi berhubung ini saja sudah kepanjangan lebih baik dilanjut di waktu lain. Semoga bermanfaat dan semoga menjadi bekal dan bahan pertimbangan kawan-kawan dalam menmpuh jalan mulia untuk mencapai ridhaNya. Salam ukhuwah...
      _________
      Inspiring Room, Yogyakarta
      Sabtu, 13 Ramadhan 1432 H / 13Agustus 2011
      Kuliah Pra Nikah @ Syuhada

      Thursday, August 11, 2011

      Kita Semua [Muslim] ‘Satu’

      Menghadapi kondisi ummat saat ini. Miris memang. Ketika kaum muslim di sana sedang dalam perjuangan mempertahankan hak-haknya. Kita disini hanya bisa menatap lamat tak bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa mengikuti informasi aktual yang ada. Hanya bisa mengeluarkan receh-receh yang kita punya. Hanya bisa mendo’a dengan kata-kata. Hanya bisa berdo’a. do’a. dan lagi... do’a.

      Jangan salah. Ada kawan. Ada yang bisa kita lakukan. Ada yang bisa kita perjuangkan di sini untuk menyelamatkan mereka. Bukan hanya mereka. Bahkan semua muslim di dunia. Yaitu dengan Pembinaan. Dan perubahan cara pandang. Ya. Dengan meningkatkan taraf berfikir masyarakat akan kondisi umat. Dengan meningkatkan taraf berfikir masyarakat akan kondisi Islam sekarang. Dengan meningkatkan taraf berfikir masyarakat akan cerahnya ajaran Islam. Dengan meningkatkan taraf berfikir masyarakat bahwa Islam adalah sebuah pedoman penerapan aturan yang mengurusi permasalahan kehidupan manusia dengan sangat kompleks. Secara keseluruhan. Islam tidak hanya sebuah landasan yang mengatur pada batas hablumminallah. Tapi juga hablumminanas. Habluminannas yang ‘tidak’ secara parsial. Tentunya. Bagi mereka yang benar-benar merindukan Islam yang sesungguhnya.

      Memang. Islam kini terpecah menjadi banyak bagian. Masing-masing bergerak di jalannya. Masing-masing memperjuangkan ideologinya. Tapi tujuannya tetap satu. Yaitu mengembalikan kemenangan yang pernah diraih Rasulullah tercinta di masa dahulu. Karena itu adalah sebuah keniscayaan. Keniscayaan yang telah Allah janjikan. Dan kelak akan tiba masa. Masa pembebasan kaum muslim dari keterpurukan. Masa pembebasan kaum muslim dari kejahiliahan. Masa pembebasan kaum muslim dari kekufuran. Masa pembebasan kaum muslim dari pemimpin-pemimpin dholim laknatullah. Insyallah.

      Islam bukanlah ummat yang terpecahkan. Perpecahan 73 golongan hanyalah sebuah keniscayaan yang Allah tetapkan sebagai jalan. Tetapi pada intinya Islam tetap satu. Mereka memang berjalan dikoridornya masing-masing. Koridor yang menurut hati tiap individu adalah jalan kebenaran yang harus ditempuh. Tetapi mereka semua sama. Mereka adalah manusia-manusia mulia. Mereka para ahlus sunnah wal jama’ah. Insyallah

      Teringat sebaris kata-kata seseorang yang dikirimkan via messege dengan salam hangatnya yang khas unity in divesityKetika kita memilih A. Bukan karena kita hanya mengetahui ilmu tentang A… tetapi juga karena kita mengetahui ilmu tentang B. C. D dan yang lainnya. Tetapi Allah menetapkan (mencondongkan) hati kita pada A. Maka disitulah terjadinya ruang dialektika. Ruang untuk mencari sekeping ilmu pengetahuan. Ruang untuk menentukan bekal dalam menentukan sebuah kebenaran. Ruang untuk mengikis fanatisme sempit sebuah golongan. Dan kita akan segera melihat lahirnya tatanan peradaban besar. Yang tidak hanya dibangun dengan semangat yang menggelegar. Namun lebih dari itu. Di mulai dari segenap manusia-manusia sadar

      Semuanya. Semua golongan. Kelak akan bersatu. Melawan pemimpin-pemimpin dholim. Dan menyelamatkan kaum muslimin. Siapakah yang tidak merindukan Islam yang sebenarnya ? perpecahan golongan hanyalah jalan yang memang Allah tetapkan untuk meraih itu semua. Bukankah masing-masing hati manusia di beri kecenderungan untuk memilih. Kecenderungan dimana mereka akan bergerak. Ya. Dan masing-masing sudah di amanahi Allah dengan pilihan yang dituntun oleh kecenderungan hati yang Allah anugerahkan. Tinggal bagaimana masing-masing dari kita mengelola anugerah yang telah Allah berikan. Agar kita tetap berjalan di koridor yang benar.

      Sayang sekali dengan banyaknya gemboran Islam disana sini. Bahkan oleh berbagai golongan. Masih saja banyak yang tak tau. Tak tau kondisi Islam dan kaum muslim yang sesungguhnya. Mereka terlalu senang dengan kondisi yang ada. Permisif dengan aturan-aturan yang sebenarnya tidak dibenarkan. Nyaman dari berondongan tembakan dan tangisan yang memilukan. Nyaman dengan kenikmatan yang hanya sementara. Nyaman dengan rayuan-rayuan. gombal dunia. Lebih parah. Mereka hanya memikirkan kondisi materi dan popularitas semata.

      Tidakkah kalian merindukan mereka para pembebas kekufuran. Mereka yang merindukan syahid untuk mengharap ridhaNya. Mereka yang ingin menyusul para syuhada yang telah mendahului mereka. Mereka yang ingin menjemput syurga #kayak lagunya siapa y,

      Dia merindukan syahid. Hidup di pangkuan illahi. Menyusul para syuhada. Dalam kesenangan syurga...

      Tidakkah kalian merindukan mereka para pejuang panji Islam. Mereka yang gagah perkasa dan berwibawa dengan cahaNya. Yang menciutkan musuh2 Allah sekalipun hanya dengan menatapnya.

      Dia pejuang panji islam. Gagah bening dan perkasa. Ratusan musuh tak berdaya. Saat berlaga dengannya...

      Mereka yang menyongsong kematian mulia. Bersama muslim lainnya dalam dekapan ukhuwah. Menembus benteng2 penghalang. Dan berjuang keras untuk membuka pintu kemenangan.

      Mengarungi lorong kematian. Bersama pasukan setianya. Menembus benteng penghalang. Membuka pintu kemenangan...

      Mereka yang bersabar atas duri-duri yang menghalangi jalan juang mereka. Mereka yang tetap teguh di jalanNya sekalipun mereka dihadapkan pada cobaan-cobaan yang Maha berat. Mereka yang tetap istiqomah memperjuangkan ayat-ayatNya. Mereka yang merindukan ridha Allah.

      Bersabarlah atas jalan. Tegak di tempa cobaan. Perjuangkan kebenaran. ridha Allahlah dambaan...

      Mereka yang begitu mulia. Mereka yang dipilih oleh Allah untuk membuka hijab kemenangan. Mereka yang setia pada Allah dan Rasululnya. Mereka yang merindukan syurga.

      Wahai pemuda Islam bersatulah. DUNIA ISLAM menanti langkah sucimu. Luruskan niat di hati. Rapat barisan sejati. Jadikan diri pemuda Rabbani...
      ___________________________
      Insiring Room, Yogyakarta
      Minggu, 11 Ramadhan 1432 / 11 Agustus 2011

      Merindukan seseorang yang beberapa hari lalu  menyengatkan semangatnya dalam Diskusi Ramadhan @ Masjid Kampus UGM. Sengatan itu masih berbekas hingga tulisan ini di buat. Dan semoga saja sengatan itu tetap berbekas bahkan berharap agar semakin menular lebih luas.